Bukan hanya pada pemain tenis
Oleh: David Higgins, M.D.., Chevy Chase, Maryland
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT
“......tetapi saya tidak bermain tennis....!!!”
Hal itu bukanlah kata seru yang luar biasa dari seseorang yang hanya didiagnosis dengan tennis elbow. Tennis elbow, atau disebut juga epicondilitis lateralis merupakan masalah yang biasa yang terjadi pada “atlit akhir pekan”. Tetapi juga merupakan masalah yang menimpa pekerja atau buruh manual. Tidak hanya ditemukan pada pemain tennis, tetapi juga menimpa pemain baseball, perenang, tukang kayu, tukang ledeng, pemotong daging, atau siapa saja yang selalu menggunakan gerakan lengan berulang-ulang. Gerakan yang berulang-ulang ini menyebabkan peradangan pada otot dan tendon pada sisi lateral siku yang menyebabkan tendon menjadi terobek. Tennis elbow bisa terjadi pada laki-laki dan wanita, biasanya berumur antara 35 sampai 50 tahun. Penyebab yang paling umum adalah penggunaan yang berlebihan (overuse) pada otot-otot lengan bawah, tetapi dapat juga karena benturan langsung pada sisi lateral siku.
Yang paling disering dikeluhkan seseorang yang mengalami tennis elbow adalah adanya nyeri dan kelemahan. Nyeri bisa menyebar ke bagian atas dan bawah siku dan pasien juga memperhatikan bawah terjadi penurunan kekuatan menggenggam pada tangan mereka. Selama pemeriksaan fisik, nyeri perih ditemukan pada epicondilus lateralis humeri. X-ray bisa memperlihatkan adanya deposit calsium pada epicondilus lateralisnya. Kalsifikasi ini, merupakan salah satu reaksi tubuh ketika terjadi peradangan kronis. Hal ini terjadi kira-kira hanya 20% dari semua pasien.
Kira-kira 95% dari pasien yang menderita tennis elbow memberikan respon tentang terapi konservatif yaitu bahwa aktifitas yang menyebakan nyeri harus dihindari. Istirahat, obat anti inflamasi, dan es terapi merupakan pengobatan yang harus dicoba pertama kali. Latihan untuk penguatan otot lengan bawah harus juga sebagai bagian dari program rehabilitasi. Pembalutan pada siku juga bisa mengurangi ketegangan dan bisa mengurangi nyeri pada beberapa pasien . jika pengobatan ini ini tidak efektif, injeksi kortison bisa digunakan untuk menurunkan nyeru dan peradangan, jadi dapat mentoleransi latihannya.
Jika terapi nonoperasi tidak memberikan respon pada tennis elbow sekitar 9 sampai 12 bulan, pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri dan mengijinkan pasien untuk kembali bekerja atau berolah raga. Pembedahan hanya dilakukan dengan incisi/irisan kecil, 7 sampai 10 hari dengan splint dan terapi paska operasi diberikan untuk kekuatan otot. Penelitian pada terapi pembedahan pada tennis elbow dengan arthroscopi menjanjikan adanya waktu rehabilitasi paska operasi lebih pendek, mengijinkan pasien untuk kembali bekerja dan berolah raga lebih cepat.
Mencegah tennis elbow sangatlah penting. Latihan penguluran dan penguatan merupakan langkah pencegahan yang terbaik. Mengganti peralatan seperti raket atau palu yang lebih ringan, juga dapat membantu.
Oleh: David Higgins, M.D.., Chevy Chase, Maryland
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT
“......tetapi saya tidak bermain tennis....!!!”
Hal itu bukanlah kata seru yang luar biasa dari seseorang yang hanya didiagnosis dengan tennis elbow. Tennis elbow, atau disebut juga epicondilitis lateralis merupakan masalah yang biasa yang terjadi pada “atlit akhir pekan”. Tetapi juga merupakan masalah yang menimpa pekerja atau buruh manual. Tidak hanya ditemukan pada pemain tennis, tetapi juga menimpa pemain baseball, perenang, tukang kayu, tukang ledeng, pemotong daging, atau siapa saja yang selalu menggunakan gerakan lengan berulang-ulang. Gerakan yang berulang-ulang ini menyebabkan peradangan pada otot dan tendon pada sisi lateral siku yang menyebabkan tendon menjadi terobek. Tennis elbow bisa terjadi pada laki-laki dan wanita, biasanya berumur antara 35 sampai 50 tahun. Penyebab yang paling umum adalah penggunaan yang berlebihan (overuse) pada otot-otot lengan bawah, tetapi dapat juga karena benturan langsung pada sisi lateral siku.
Yang paling disering dikeluhkan seseorang yang mengalami tennis elbow adalah adanya nyeri dan kelemahan. Nyeri bisa menyebar ke bagian atas dan bawah siku dan pasien juga memperhatikan bawah terjadi penurunan kekuatan menggenggam pada tangan mereka. Selama pemeriksaan fisik, nyeri perih ditemukan pada epicondilus lateralis humeri. X-ray bisa memperlihatkan adanya deposit calsium pada epicondilus lateralisnya. Kalsifikasi ini, merupakan salah satu reaksi tubuh ketika terjadi peradangan kronis. Hal ini terjadi kira-kira hanya 20% dari semua pasien.
Kira-kira 95% dari pasien yang menderita tennis elbow memberikan respon tentang terapi konservatif yaitu bahwa aktifitas yang menyebakan nyeri harus dihindari. Istirahat, obat anti inflamasi, dan es terapi merupakan pengobatan yang harus dicoba pertama kali. Latihan untuk penguatan otot lengan bawah harus juga sebagai bagian dari program rehabilitasi. Pembalutan pada siku juga bisa mengurangi ketegangan dan bisa mengurangi nyeri pada beberapa pasien . jika pengobatan ini ini tidak efektif, injeksi kortison bisa digunakan untuk menurunkan nyeru dan peradangan, jadi dapat mentoleransi latihannya.
Jika terapi nonoperasi tidak memberikan respon pada tennis elbow sekitar 9 sampai 12 bulan, pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri dan mengijinkan pasien untuk kembali bekerja atau berolah raga. Pembedahan hanya dilakukan dengan incisi/irisan kecil, 7 sampai 10 hari dengan splint dan terapi paska operasi diberikan untuk kekuatan otot. Penelitian pada terapi pembedahan pada tennis elbow dengan arthroscopi menjanjikan adanya waktu rehabilitasi paska operasi lebih pendek, mengijinkan pasien untuk kembali bekerja dan berolah raga lebih cepat.
Mencegah tennis elbow sangatlah penting. Latihan penguluran dan penguatan merupakan langkah pencegahan yang terbaik. Mengganti peralatan seperti raket atau palu yang lebih ringan, juga dapat membantu.