Monday, February 4, 2008

PENYAKIT DISCUS DEGENERATIF, KAPAN OPERASI DIBUTUHKAN?

Oleh: J. Kenneth Burkus, MD ., Columbus, Georgia
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT

Setiap tahunnya lebih dari 65 juta orang Amerika menderita nyeri punggung bawah. 85% dari penderita yang berumur di atas 50 tahun menunjukkan tanda-tanda degenerasi pada diskusnya. Beruntungnya, hampir semuanya tidak bergejala.

Degenerasi pada discus intervertebralis, yang sering juga disebut penyakit discus degeneratif atau osteoarthritis pada tulang belakang, kerusakan biasanya terjadi pada tulang belakang bagian bawah. Degenerasi discus dapat memudahkan terjadinya kerusakan seperti pada stenosis pada lumbal (penyempitan canalis vertebralis), spondylolisthesis (dislokasi vertebra ke depan), dan retrolisthesis (dislokasi vertebra ke belakang) (Gb.2). sebenarnya, penyakit discus degeneratif bukanlah suatu penyakit, akan tetapi, suatu kondisi degeneratif yang dapat menimbulkan nyeri dan dapat dapat mempengaruhi kualitas hidup anda. Degerasi discus adalah normal pada proses penuaan dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Bagaimanapun, ketika tulang taji/spur bersentuhan dengan discus, dia dapat menekan atau menjepit akar saraf atau sumsum tulang yang terdekat, dan muncullah nyeri.

Penyebab Penyakit Discus Degeneratif
Penuaan adalah yang paling umum menyebabkan degenerasi discus. Seperti halnya penuaan tubuh, discus berada pada tulang belakang yang mongering, dan kehilangan kemampuannya untuk bertindak sebagai peredam kejut di antara vertebra. Tulang dan ligament yang membentuk tulang belakang juga kehilangan fleksibilitas dan memadat. Tidak seperti pada otot, hanya sedikit sekali suplai darah ke discus sehingga kekurangan kemampuan untuk memperbaiki diri.

Gejala Penyakit Discus Degeneratif
Sering kali, pasien yang menderita penyakit discus degeneratif tidak menimbulkan gejala. Ketika gejalanya muncul, bagaimanapun, nyeri punggung bawah yang kronis kadang kala menjalar ke pinggul, atau muncul nyeri terus-menerus pada pantat atau paha ketika berjalan. Nyeri yang serupa mungkin dirasakan atau bertambah ketika duduk, berdiri, mengangakt, dan memutar.

Memahami nyeri pada discus
Tidaklah jelas mengapa beberapa discus yang mengalami degenerasi menimbulkan nyeri dan memerapa yang lain tidak. Setelah cidera, beberapa discus menjadi nyeri karena peradangan. Beberapa orang mempunyai akhiran saraf yang menembus lebih dalam sampai pada annulus fibrosus, atau lapisan yang lebih luar pada discus, kemudian yang lainya, membuat discus menjadi lebih rentan untuk menjadi sumber nyeri. Nyeri yang menjalar kebawah sampai tungkai, dikenal dengan ischialgia atau lumbago, iniadalah hasil dari akar saraf bertemu dengan materi discus bagian dalam, atau nucleus pulposus, substansi dari peradangan juga memberikan penekanan pada saraf (Gb.2A). kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti nyeri tungkai yang parah, kesulitan berdiri dan berjalan, dan kelemahan atau kesemutan pada tungkai. Penyakit discus degeneratif dapat menyebabkan kondisi kelemahan yang kronis dan mempunyai dampak degatif yang serius pada kualitas hidup seseorang. Ketika penyakit discus degeneratif mejadi tambah parah, terapi nonoperasi tradisional menjadi tidak efektif.

Pilihan-pilihan terapi
Seringkali, penyakit discus degeneratif berhasil diterapi tanpa operasi. Fisioterapi, pengobatan anti inflamasi, dan suntikan spinal memberikan penurunan yang adekwat pada gejala-gejala yang bermasalah ini. Operasi bisa direkomendasikan jika pilihan terapi konservatif tidak memberikan hasil antara 2 sampai 3 bulan. Jika nyeri tungkai atau nyeri punggungmembatasi aktifitas normal anda, jika anda mengalami kelemahan atau kesemutan pada tungkai anda, jika anda mengalammi kesulitan untuk berjalan atau berdiri, atau jika pemberian obat atau fisioterapi tidak efektif, operasi akan menjadi satu-satunya alternative.

Sekarang ini, dokter bedah terlibat dalam penelitian yaitu menggunakan Bone Morphogenetic Protein (BMP) untuk pengobatan penyakit discus degeneratif. Penggunaan BMP menghapuskan kebutuhan untuk mengambil tulang dari panggul untuk digunakan pada tulang belakang selama pembedahan (Gb.2B). prosedur baru ini menghasilkan penyembuhan yang lebih cepat dan hasil yang lebihn bagus. Beberapa artikel yang bersumber dari penelitian ini baru-baru ini telah dipublikasikan pada jurnal kedokteran.

Lebih lanjut bacalah:
Burkus JK, et al. Anterior lumbar interbody fusion using rhBMP-2 with tapered interbody cages. J Spinal Disord Tech. 2002;15:337-349.
Burkus JK, et al. Clinical and radiographic outcomes of anterior lumbar interbody fusion using recombinant human bone morphogenetic protein-2. Spine. 2002;27:2396-2408.