Tuesday, November 22, 2011

ALAT FISIOTERAPI LOKAL VS. IMPORT

TENS ENRAF
Made in Eropa
tidak ada yang menyangkal sampai detik ini alat-alat elektronik khususnya alat-alat fisioterapi buatan eropa ataupun jepang dan korea menduduki tingkat tertinggi dalam hal kemajuan teknologi, keawetan mesin dan onderdilnya, dan desainnya. akan tetapi alat tersebut menjadi barang mahal setelah masuk ke Indonesia, dan bagi fisioterapis yang ingin mendirikan praktek fisioterapi dengan modal yang pas-pasan menjadi hal yang sulit untuk terpenuhi. alternatif yang kedua adalah membeli alat-alat fisioterapi made in china, keunggulannya adalah harganya yang jauh lebih murah dan sangat sesuai dengan kantong kita, tetapi jangan ditanya kualitasnya. istilahnya untung-untungan, kalau pas dapat yang bagus maka barangnya akan awet, akan tetapi kalau pas dapat yang "jelek" maka bersiaplah untuk merugi sebelum balik modal.
TENS KWD
Made In China
ada sebagian teman fisioterapis yang membeli barang-barang tersebut berpendapat bahwa untuk kita yang bermodal pas-pasan tetapi sangat ingin sekali memdirikan tempat praktek fisioterapi, membeli alat-alat made in china ini sebagai batu loncatan untuk mengumpulkan modal yang lebih banyak kemudian setelah modal terkumpul maka alat-alat made in china tersebut mereka ganti dengan buatan negara yang alatnya lebih canggih lagi misalnya dari jepang, korea atau eropa. alat-alat fisitoerapi yang saya sebutkan diatas semuanya barang import.


FISIOELEKTRIK MARVELL
produk lokal
ada alternatif lagi dari alat-alat fisioterapi yang bisa kita beli, yaitu alat buatan anak negeri alias buatan lokal, belakangan ini alat-alat fisioterapi buatan lokal tersebut sudah mengalami peningkatan yang bagus, mulai dari segi desain, serta kemajuan teknologi yang megadopsi alat buatan jepang ataupun eropa. contohnya produk-produk dengan  brand Marvell, yang kebetulan juga kami pasarkan untuk teman-teman fisioterapis Indonesia. produk-produk Marvell ini insyaAllah mempunyai desain yang lumayan, kemudian pemakaian teknologi yang mengadopsi produk-produk eropa atau jepang. dengan harga yang terjangkau untuk para fisioterapis dengan modal yang pas-pasan, maka syarat minimal dalam mendirikan tempat praktek fisioterapi sudah terpenuhi. alat fisioterapi yang sekarang ini menjadi idola adalah Fisioelektrik Marvell. fisioelektrik ini menggabungkan antara lain Tens, IDC, Galvanik, Faradik dan Interferensial dalam satu alat. dengan garansi 3 tahun akan memberikan kenyamanan bagi pemakai. dan ada beberapa alat lagi berupa Ultrasound terapi Marvell, Standing infrared dari mulai 1 lampu sampai 6 lampu, kemudian Traksi elektrik Marvell. Marvell ini sudah menjadi tren baru bagi fisioterapis yang mau memulai praktek mandiri.

untuk selanjutnya, kita serahkan semuanya kepada  teman-teman fisioterapis dalam mengambil langkah, bagi yang bermodal cukup maka silahkan mengambil langsung alat-alat buatan eropa atau jepang, akan tetapi bagi yang bermodal pas-pasan, saya sarankan supaya mengambil alat-alat buatan lokal, karena teknologinya sudah lumayan dan pastinya memberikan garansi yang tidak bisa kita dapat dari alat-alat buatan china.
semoga kita fisioterapis Indonesia akan semakin berjaya di negeri kita sendiri........

Wednesday, October 5, 2011

STANDING INFRARED MARVELL 3 CHANNEL

V
Standing infrared 3 lamp
OLTASE  : 220V 50 Hz, 
POWER  : 150W X 3 buah.
Ketinggian bisa diatur mulai dari 110cm -165cm
Box lampu bisa diputar 180 derajat ke kanan dan ke kiri




BAGIAN-BAGIAN STANDING INFRARED :
box infrared 3 lampu
1.   Bagian Base, terbuat dari besi yang di dalamnya dicor semen sehingga kokoh dan stabil
2.   Bagian Tiang, terbuat dari besi steinless sehingga tampak elegan
3.   Bagian Box lampu, tebuat dari steinless yang pada bagian lampu diberi jaring pengaman.

untuk mengetahui penjelasan singkat tentang infrared bisa klik disini!

Saturday, September 17, 2011

SILENT STROKE, Stroke yang tak bergejala. kok bisa?

silent stroke
Silent stroke adalah stroke yang tidak memiliki gejala (asimtomatik),dan pasien biasanya tidak menyadari mereka menderita stroke. Meski tidak menyebabkan gejala-gejala yang teridentifikasi, silent stroke tetap menyebabkan kerusakan otak, dan sebagai tempat-tempat yang potensial sebagai peningkatan risiko untuk terjadinya stroke baik itu TIA (Transient Ischemic Attact) atau stroke mayor di masa depan. Dalam sebuah studi yang luas pada tahun 1998., Lebih dari 11 juta orang diperkirakan telah mengalami stroke di Amerika Serikat. Sekitar 770.000 dari stroke adalah bergejala dan 11 juta adalah kejadian pertama sebagai silent MRI infark atau perdarahan. Silent stroke biasanya menyebabkan lesi yang terdeteksi melalui penggunaan neuroimaging seperti MRI. Risiko Silent stroke meningkat dengan bertambahnya umur tetapi juga dapat mempengaruhi orang dewasa muda. Perempuan tampaknya meningkatkan risiko terkena silent stroke, bersama hipertensi dan perokok saat ini diantaranya sebagai faktor-faktor predisposisi.
Jenis stroke ini meliputi stroke iskemik lacunar dan stroke ischemik lainnya dan perdarahan kecil, mereka juga mungkin termasuk leukoaraiosis yaitu perubahan dalam masalah putih otak (white matter),area  putih otak lebih rentan terhadap penyumbatan pembuluh darah karena berkurangnya jumlah pembuluh darah dibandingkan dengan serebral korteks. Stroke ini disebut "silent" karena mereka biasanya mempengaruhi daerah “silent” pada otak yang tidak menyebabkan perubahan nyata dalam fungsi motorik kepada orang yang menderita seperti ; kelumpuhan kontralateral, bicara cadel, nyeri, atau perubahan sensasi sentuhan. Sebuah silent stroke biasanya mempengaruhi wilayah otak yang terkait dengan berbagai proses berpikir, peraturan mood dan fungsi kognitif dan merupakan penyebab utama gangguan kognitif pembuluh darah (vasculer cognitive impairment)  dan juga dapat menyebabkan hilangnya kontrol kandung kemih.
MRI silent stroke
Dalam studi kesehatan Cardiovascular, sampel populasi yang diambil antara 3.660 orang dewasa di atas usia 65, 31% menunjukkan bukti silent stroke dalam penelitian neuroimaging menggunakan MRI. Orang-orang ini tidak menyadari mereka menderita stroke. Diperkirakan bahwa silent stroke adalah lima kali lebih menonjol daripada gejala stroke.
Silent stroke berbeda dari transient ischemic attack (TIA). Pada TIA gejala stroke yang diperlihatkan dapat berlangsung dari beberapa menit sampai 24 jam sebelum menghilang. TIA merupakan faktor risiko untuk mengalami stroke berat dan silent stroke berikutnya di masa depan.

Jenis-jenis Silent Stroke
1.  Stroke iskemik : terjadi bila pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini sekitar 87 persen dari semua kasus stroke.
2.  Stroke perdarahan (hemorrhagic) : terjadi bila pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak menjadimelemah dan pecah. Biasanya  stroke hemorrhagic disebabkan oleh melemahnya dua jenis pembuluh darah berupa aneurisma dan malformasi arteriovenosa (AVMs).
3.  Lacunar infark (LACI) yang kecil (berdiameter antara 0,2 sampai 15 mm) infark noncortical (tidak mempengaruhi korteks serebral) yang disebabkan oleh oklusi pada cabang penetrasi tunggal dari pembuluh darah yang lebih besar yang menyediakan darah ke struktur-struktur dalam otak termasuk materi putih otak. LACI sangat terkait dengan perkembangan lesi materi putih (White Matter Lesions) yang dapat dideteksi melalui penggunaan komputerisasi tomografi (CT scan).
Faktor-faktor risiko
Ada berbagai faktor risiko individu yang terkait dengan silent stroke. Banyak faktor-faktor risiko adalah sama seperti yang terkait dengan gejala mayor stroke.
1.  Akrolein: peningkatan kadar akrolein, suatu metabolit toksik yang dihasilkan dari spermine poliamina, spermidine dan amina oksidase berfungsi sebagai penanda untuk silent stroke, ketika meningkat dalam hubungannya dengan C-reactive protein dan interleukin 6 tingkat kepercayaan dalam memprediksi silent stroke meningkatkan risiko.
2.  Adiponektin: adalah jenis protein yang disekresikan oleh sel adiposa yang meningkatkan sensitivitas insulin dan memiliki sifat antiatherogenic. Tingkat lebih rendah dari s-adiponektin berhubungan dengan stroke iskemik.
3.  Penuaan:. Prevalensi silent stroke meningkat dengan bertambahnya usia dengan tingkat prevalensi lebih dari dua puluh persen dari orang tua meningkat menjadi 30% -40% pada mereka yang berusia di atas 70 tahun.
4.  Anemia: anak-anak dengan anemia akut yang disebabkan oleh kondisi medis selain dari anemia sel sabit dengan hemoglobin di bawah 5,5 g / dL berada pada peningkatan risiko untuk mengalami silent stroke menurut sebuah studi yang dirilis pada Konferensi Internasional American Stroke Association Stroke 2011. Para peneliti menyarankan pemeriksaan menyeluruh sebagai bukti silent stroke pada semua anak-anak penderita anemia dalam rangka memfasilitasi intervensi tepat waktu untuk memperbaiki potensial kerusakan otak.
5.  Atrium Fibrilasi (AF): fibrilasi atrium (denyut jantung tidak teratur) dikaitkan dengan peningkatan risiko silent stroke.
6.  Merokok:  Efek-efek prokoagulan dan aterogenik meningkatkan risiko silent stroke. Merokok juga memiliki efek merusak pada aliran darah secara regional pada serebral. Kemungkinan memiliki peningkatan stroke dengan jumlah rokok yang dihisap dan panjang waktu individu yang telah merokok.
7.  Diabetes melitus: tidak diobatinya atau tidak benarnya pengelolaan diabetes melitus dikaitkan dengan peningkatan peningkatan risiko silent stroke.
8.  Hipertensi: yang mempengaruhi hingga 50 juta orang di Amerika Serikat merupakan faktor risiko utama silent stoke. dan ada beberapa faktor resiko yang lain.
Diagnosis
Diagnosis dari silent stroke biasanya dibuat secara insidental dalam menemukan berbagai teknik neuroimaging. Silent stroke dapat dideteksi oleh:
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• fungsional magnetic resonance imaging (fMRI)
• Komputerisasi tomografi aksial (CAT scan)
Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil untuk menghindari terjadinya silent stroke adalah sama untuk pencegahan stroke. Berhenti merokok adalah langkah paling segera yang dapat diambil dengan manajemen hipertensi yang efektif sebagai faktor medis utama yang diobati. aktifitas fisik, olahraga rekreasi exercise sederhana juga sangat membantu dalam pencegahan silent stroke ini. dan yang paling utama adalah menjaga emosional pikiran dan hati kita.








Thursday, September 15, 2011

FISIOTERAPI PADA BELL PALSY

Lesi N. Facialis
Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda denganstroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak akibat infeksi. Metode pengobatan berupa obat2an jenis steroid dapat mengurangi pembengkakan.
Kata Bell's Palsy diambil dari nama seorang dokter dari abad 19, Sir Charles Bell, orang pertama yang menjelaskan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada saraf wajah. (Wikipedia). 
Anatomi N. facialis
Salah satu penanganan atau pengobatan pada Bell Palsy ini adalah Fisioterapi. Diantara modalitas yang efektif dan sering digunakan antara lain ; terapi Infra Merah, terapi Ultrasound dan terapi Stimulasi Elektrik. Pemilihan modalitas  yang sesuai tergantung pada pengalaman atau pilihan fisioterapis yang berpengalaman. Fisioterapi dapat memilih dari sejumlah modalitas yang tersedia. penanganan fisioterapi di bagi pada 2 tahap.
Yang pertama pada Periode Paralisis, yaitu sesaat setelah terjadi serangan berupa kelumpuhan saraf fasialis :
Infra Merah
Infra merah dapat diterapkan untuk menghangatkan otot dan meningkatkan fungsi, tetapi Anda harus memastikan bahwa mata dilindungi dengan penutup mata. Waktu penerapan selama 10 sampai 20 menit pada jarak biasanya antara 50 dan 75 cm.
Terapi Ultrasound
Terapi ultrasound diaplikasikan pada batang saraf (nerve trunk) di depan tragus telinga dan di daerah antara prosesus mastoideus dan mandibula. Tidak ada rasa takut/khawatir dalam menerapkan terapi ultrasound saat diaplikasikan pada pasien Bell Palsy. Terapi ultrasound selalu diterapkan pada sisi lesi di depan tragus telinga & di daerah antara prosesus mastoideus dan mandibula dimana kelembutan maksimum saraf wajah ditentukan dengan cara palpasi. Hal ini diterapkan dengan gerakan melingkar yang lambat dengan dosis awal 1 watt per sentimeter persegi untuk 10 menit. Dosis dapat ditingkatkan pada sesi berikutnya jika tidak ada peningkatan yang luar biasa dicatat. Perlu diketahui bahwa gelombang ultrasound tidak dapat melintasi atau menembus tulang. Itu berarti bahwa ultrasound memiliki penetrasi nol pada tulang. Secara nyata bahwa gelombang ultrasound terpantul jauh dari tulang. Jadi tidak ada rasa takut dan khawatir jika terapi ultrasound diterapkan pada wajah. Penerapan terapi ultrasound pada bell palsy Ini hanya untuk jenis lesi saraf tepi (Lower Motor Neuron).
Stimulasi Elektrik (Electrical Stimulation)
Satu-satunya bentuk arus listrik yang digunakan pada wajah adalah arus searah yang diputus-putus (Interrupted Direct Current) atau disebut juga Arus Galvanic, apakah itu ada reaksi degenerasi atau tidak ada reaksi. Hal ini diminta hanya untuk menjaga sebagian besar otot-otot wajah dan mencegah atrofi sambil menunggu untuk reinnervasi dalam kasus axotomesis atau reconduction setelah neurapraxia jika saraf tidak rusak sepenuhnya. Tidak ada ruang bagi penggunaan arus faradik pada wajah karena bisa menyebabkan kontraktur sekunder pada wajah. Selain itu, sebagian besar pasien merasa tidak mampu menahan nyeri  pada wajah karena stimulasi sensorik yang tidak nyaman. Hal  ini dikarenakan bahwa arus faradic memiliki frekuensi 50 siklus per detik, sehingga menghasilkan kontraksi tetanik pada otot-otot yang terangsang. Meskipun untuk saat ini adalah kontraksi otot arus faradic melonjak untuk menghasilkan kontraksi alternatif dan relaksasi namun berhubung tipe tatanik pada kontraksi yang menghasilkan 50 pulse hanya dalam satu detik, tidak diperlukan pada wajah. Otot-otot wajah yang sangat tipis dan halus dan tidak bisa mentolerir jenis arus ini yang dapat merusak dan menghasilkan kontraktur sekunder. Jika kontraktur sekunder terjadi, semua bentuk stimulasi listrik harus ditinggalkan sementara untuk menghindari kerusakan lebih lanjut pada otot. Wajah harus segera direnggangkan dan dipijat lembut.

Tahap Kedua yaitu Selama Pemulihan:

Teknik PNF digunakan untuk edukasi kembali pada otot-otot yamg mengalami parese atau paralisis:
Peregangan cepat (quick stretch) dapat diterapkan untuk dapat membesarkan alis mata dan gerakan sudut bibir.
Para fisioterapis dapat memberikan gerakan pasif dan kemudian meminta pasien untuk menahan, dan kemudian mencoba untuk menggerakannya.
goresan dengan es, menyikat, menekan atau membelai cepat dapat diterapkan sepanjang otot-otot.misalnya otot zygomaticus
Latihan mandiri di rumah:
Ekspresi terkejut kemudian cemberut, menutup mata erat-erat kemudian dibuka lebar-lebar, tersenyum, menyeringai, dan berkata 'o', mengatakan;  e, i, o, u, menyedot dan meniup sedotan, meniup peluit, bersiul, dan bisa juga meniup lilin

Tuesday, July 26, 2011

Berbagai macam Nyeri Pinggang atau LBP dan terapinya

Berikut adalah beberapa penyebab tersering dari nyeri pinggang atau low back pain (LBP).
Peregangan tulang pinggang (akut, khronis)
Strain atau sprain akut
Peregangan tulang pinggang baik strain dan atau sprain adalah cidera regangan pada ligamentum, tendon dan otot pinggang. Regangan akan menyebabkan luka yang sangat kecil pada organ tersebut. Cidera yang paling sering menjadi biang kerok dari nyeri pinggang ini, disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pergerakan yang berlebihan, pergerakan yang tidak benar atau trauma. Disebut akut bila keadaan ini berlangsung dalam beberapa hari atau minggu, dan disebut khronis bila keadaan ini berlangsung lebih dari 3 bulan.
Peregangan tulang pinggang sering terjadi pada orang yang berumur diatas 40 tahun. Terkadang keadaan ini bisa menyerang tanpa batasan usia. Gejala yang timbul dari keadaan ini antara lain adanya rasa tidak nyaman atau nyeri pada pinggang setelah pinggang mengalami tekanan mekanis. Derajat nyeri sangat tergantung dari seberapa banyak otot yang mengalami cidera.
Diagnosis peregangan pinggang ditegakan melalui wawancara untuk mengetahui riwayat trauma yang terjadi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan rontgen.
Penanganan nyeri pinggang oleh karena peregangan yang paling utama adalah mengistirahatkan pinggang agar tidak terjadi cidera ulangan. Obat obatan diperlukan untuk meredakan nyeri dan melemaskan otot yang kaku.
Penanganan Fisioterapi bisa dengan pemijatan, penghangatan dan penguatan otot pinggang, namun tetapi harus dilakukan secara hati hati.
Iritasi saraf
Ischialgia
Serat serat saraf yang terbentang sepanjang tulang belakang dapat mengalami iritasi oleh karena pergeseran mekanis atau oleh penyakit. Keadaan ini termasuk penyakit diskus lumbar (radikulopathy), gangguan tulang, dan peradangan saraf akibat infeksi virus. Iritasi ini lebih sering kita sebut ischialgia, dimana saraf ischiadicus mengalami penekanan di daerah piriformis.
Penanganan fisioterapi yang dibutuhkan adalah, dengan teknik hold relaz-contract relax dari PNF, ditambah dengan gentle friction plus stretching akan memberikan hasil yang signifikan.


HNP
Radikulopathy lumbar
Radikulopathy lumbar adalah iritasi saraf yang disebabkan oleh karena rusaknya diskus antara tulang belakang. Kerusakan ini terjadi akibat dari adanya degenerasi dari cincin luar diskus, dan trauma atau kombinasi antara keduanya.  Kondisi ini disebut HNP (Hernia Nucleus Pulposus), dimana jika diskus yang mencotot kebelakang samping akan menekan akar saraf yang juga akan keluar dari tulang belakang. Penanganan penyakit ini memerlukan pengobatan konservatif dengan obat obatan atau bila keadaan parah bisa dilakukan tindakan pembedahan.
Penanganan fisioterapi yang dibutuhkan sebenarnya cukup sederhana, yaitu cukup bed rest selama kurang lebih 1 sampai 2 minggu dengan posisi tidur terlentang dengan kedua lutut diganjal bantal 90derajat, akan lebih bagus lagi jika ditambah dengan traksi kontinyus dengan beban minimal. Pembedahan dilakukan sebagai alternatif terakhir ketika cara konvensional tidak berhasil.
Kondisi tulang dan sendi
Spondylosis lumbalis
Kondisi tulang dan sendi yang bisa menyebabkan nyeri pinggang antara lain gangguang kongenital (bawaan), gangguan akibat proses degeneratif dan peradangan yang terjadi pada sendi. Lebih sering disebut spondylosis lumbalis.
Penanganan fisioterapi yang dibutuhkan berupa mobilisasi lumbal secara gentle, relaksasi sekaligus penguatan otot-otot thoraco-lumbo-sacral.







Penyebab Lain Nyeri Pinggang
Penyebab lain dari nyeri pinggang antara lain :
Gangguan ginjal
Gangguan ginjal yang sering dihubungkan dengan nyeri pinggang antara lain infeksi ginjal, batu ginjal, dan perdarahan pada ginjal akibat trauma. Diagnosa ditegakan berdasarkan pemeriksaan kencing, dan pemeriksaan radiologi.
Kehamilan
Wanita hamil sering mengalami nyeri pinggang sebagai akibat dari tekanan mekanis pada tulang pinggang dan pengaruh dari posisi bayi dalam kandungan. 
Masalah pada organ peranakan
Beberapa masalah pada organ peranakan perempuan yang dapat menimbulkan nyeri pinggang antara lain kista ovarium, tumor jinak rahim dan endometriosis.
Tumor
Nyeri pinggang bisa pula disebabkan oleh karena tumor, baik tumor jinak maupun ganas. Tumor dapat terjadi lokal pada tulang pinggang atau terjadi di tempat lain tetapi mengalami metastase atau penyebaran ke tulang pinggang.

Tuesday, June 7, 2011

ADA APA DENGAN SARAF TERJEPIT ATAU RADICULOPHATY bag.2

Bagaimana mendiagnosis radikulopati?
pemeriksaan fisik
Diagnosis radikulopati dimulai dengan pemeriksaan medis dan pemeriksaan fisik oleh dokter atau fisioterapi.. selama pemeriksaan fisioterapi, fisioterapis akan menanyakan  tentang tipe dan lokasi dari gejala, berapa lama sudah berlangsung nyerinya, apa yang memperingan dan memperberatnya, dan keluhan-keluhan yang lain. Dengan mengetahui lokasi yang tepat dari gejalanya, fisioterapis bisa membantu melokasisasi saraf mana yang bertanggung jawab. Pemeriksaan fisik akan focus pada ekstremitas yang terlibat. Berupa kekuatan otot, sensasi rasa, dan reflex untuk melihat apakah ada abnormalitas.
X-ray
Pemeriksaan radiologi sering dilibatkan untuk mengetahui sumber dari radikulopati ini. Opsi pertama adalah foto X-ray untuk mengidentifikasi adanya trauma atau osteoarthritis dan tanda-tanda tumor atau infeksi. Opsi selanjutnya yaitu MRI scan, yaitu untuk melihat jaringan lunak disekitar tulang belakang, termasuk diantaranya yaitu saraf, diskus dan ligament. CT scan juga bisa digunakan. Studi konduksi saraf atau EMG bisa dilakukan bilamana untuk mengetahui aktifitas elektrik sepanjang saraf dan bisa menunjukkan adanya saraf yang mengalami kerusakan.
Apa saja terapi untuk radikulopati?
manipulasi leher
Kebetulan, kebanyakan pasien dengan radikulopati bisa sembuh hanya dengan terapi konservatif. Termasuk diantaranya dengan obat-obat anti inflamasi, fisioterapi atau manual terapi, serta menghindari aktifitas yang menyebabkan ketengan pada leheratau punggung. Mayoritas penderita radikulopati memberikan respon yang bagus untuk terapi konservatif ini, gejalanya akan menghilang setelah terapi selama 3 minggu sampai 3 bulan. Jika pasien tidak mengalami perbaikan waktu diatas, mungkin akan bermanfaat jika diberikan injeksi steroid epidural.
Pada beberapa kasus gejala terus berlangsung meskipun terapi-terapi diatas sudah dilakukan. Jika hal ini terjadi dan malah bertambah berat, pembedahan mungkin bisa menjadi opsi terakhir. Tujuan dari pembedahan adalah untuk menghilangkan penekanan pada saraf yang terkena.
Tergantung dari penyebab radikulopati, hal ini bisa dilakukan dengan cara laminectomy atau discectomy. Laminektomi yaitu mengotong sebagian kecil dari tulang yang menekan saraf supaya memberikan ruang tambahan. Discectomi yaitu memotong bagian dari diskus yang menonjol keluar dan menekan saraf.
Bisakah radikulopati bisa dicegah?
Tidak ada pencegahan khusus untuk radikulopati. Menjaga berat badan ideal, kondisi otot yang bagus dan mencegah penekanan berlebihan pada leher dan pinggang dapat mencegah munculnya radikulopati.
Apakah prognosis (tingkat kesembuhan) dari radikulopati?
Harapan untuk penderita radikulopati adalah bagus. Mayoritas pasien memberikan respon yang baik untuk opsi terapi konservatif. Dan pasien yang membutuhkan pembedahan juga memberikan respon yang bagus juga.