Monday, February 4, 2008

EXERCISE-INDUCED ASTHMA (EIA)

Oleh: William L. Cappiello, M.D..,Santa Clara, California
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT

Pagi ini kelihatan bagus, cerah dan indah. 90 menit lagi Anda harus pergi ke kantor, dan anda masih mempunyai waktu untuk berolahraga lari cepat. Untuk beberapa waktu pertama, anda merasa bagus, tungkai anda sudah mulai mengendur dan anda mampu untuk mempercepat langkah. Tetapi baru saja anda mempercepat langkah anda, lari anda berubah menjadi suatu hal yang menakutkan. Nafas anda menjadi sesak, dan anda tidak dapat menghirup udara yang cukup. Nafas anda menjadi terengah-engah disertai dengan batuk spasme, dan anda tidak dapat membersihkan paru anda. Perasaan kondisi sehat anda hanya dengan beberapa saat saja berubah menjadi kondisi yang mencemaskan.
Apakah asma itu?
Meskipun sekenario di atas terdengar dramatis, untuk jutaan penderita asma merupakan suatu hal yang benar-benar menakutkan. Asma adalah penyakit peradangan yang menutupi jalan nafas. Di dalam asma, jalan nafas menjadi hiperreaktif, atau ‘gugup”, dan peristiwa penyumbatan ini dapat tercetus oleh karena infeksi (kedinginan, infeksi bronchial atau infeksi sinus, dsb), allergen (bahan-bahan penyebab alergi), zat iritan (kabut atau asap rokok), dan bahkan factor-faktor emosi. Latihan (exercise), bagaimanapun, adalah salah satu yang dapat menimbulkan asma.
Exercise-induced asthma (asma yang muncul karena latihan) adalah sesuatu yang sangat biasa pada penderita asma, kira-kira sekitar 90% darinya. Ini juga biasa terjadi pada orang dengan riwayat alergi, seperti deman karena alergi rerumputan atau eczema. Tetapi bagaimanapun, EIA juga dapat terjadi pada orang yang tidak diketahui mempunyai riwayat alergi atau asma.
Apakah gejalanya? Serangan nafas yang terengah-engah (jw: mengi) adalah gejala yang klasik ketika terjadi serangan, akan tetapi ini bukanlah satu-satunya gejala. Gejala yang lainnya seperti batuk, nyeri dada, dan kesusahan bernafas, yang beberapa orang salah dalam menentukannya. Peristiwa terjadinya penyumbatan dapat berakhir sampai 2 jam. Sekitar sepertiga dari korban yang tidak beruntung, serangan “fase yang terlambat” terjadi kira-kira 3 sampai 6 jam setelah latihan. Secara khas, latihan yang memprovokasi timbulnya asma adalah latihan yang terlalu bersemangat, yang berlangsung selama 6 sampai 12 menit, dan sering kali berada pada tempat tertentu atau dibawah kondisi “modulasi” tertentu, seperti banyaknya kabut atau lapangan berumput selama musim demam karena alergi rerumputan.
Bagaimanakah latihan dapat menyebabkan asma?
Selama latihan yang intensif, jumlah udara yang dibutuhkan meningkat sekitar 30 kali dari ketika waktu istirahat. Volume udara yang besar ini harus di panaskan dan dilembabkan sehingga mudah berjalan ke paru-paru untuk mengirimkan oksigen. Sangatlah masuk akal kalau tekanan kebutuhan pada jalan nafas ini sebagai pencetus terjadinya asma. Tekanan ini memprovokasi sel-sel peradangan, yang mengeluarkan zat-zat yang bervariasi yang menyebabkan jalan nafas menyempit, bengkak, dan penimbunan lender pada jalan nafas. Tidak semua latihan dapat memprovokasi timbulnya serangan dan latihan yang sama tidak selalu menimbulkan gejala yang sama. Latihan pada udara yang dingin dan kering suka menyebabkan terjadinya serangan, sebaliknya pada lingkungan yang hangat dan lembab (seperti kolam renang di dalam ruangan) mungkin bisa memberikan perlindungan.
Ada berita bagus ...
Beberapa pengobatan telah tersedia untuk pengobatan asma. obat inhaler (dihirup), yang berfungsi untuk mengembangkan jalan nafas, adalah alat utama untuk mencegah dan mengobati.
Strategi dapat digunakan untuk mengijinkan orang dengan EIA untuk latihan secara bebas. Salah satu pengukuran sederhana adalah “menghirup udara basah”, yaitu melembabkan udara. Sebagai contoh, hal ini dapat dikerjakan dengan pernafasan hidung atau dengan menggunakan masker wajah ketika melakukan latihan pada cuaca dingin. Ada lagi, yaitu memilih olah raga dengan latihan pendek yang terputus-putus dan meledak-ledak, seperti baseball dan sepak bola, adalah strategi yang bagus. Aktifitas ini sepertinya tidak memprovokasi timbulnya asma dibanding dengan olah raga dengan intensitas tinggi. Menghindari allergen, polutan, dan memilih lingkungan yang tepat merupakan beberapa hal yang bermanfaat.
Dengan menggunakan strateegi pendegahan dan pengobatan yang dibutuhkan, kebanyakan orang dengan EIA pada berpartisipasi dalam latihan yang aman dan menyenangkan.

No comments: