Friday, February 22, 2008

PERMASALAHAN MEKANISME EKSTENSOR LUTUT

Apakah lutut anda lemah?
Oleh: Robert J. McAlindon, M.D.., Auburn, Alabama
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT
Mekanisme ekstensor lutut membuat anda bisa mengendarai sepeda, menendang bola, dan berlari marathon. Hal ini karena adanya interaksi yang kompleks dari otot, ligament, dan tendon yang menstabilisasi sendi patellofemorale, yang dibentuk oleh patella (topi lutut) dan ujung tulang femur (tulang paha). Sendi ini harus cukup gesit untuk membuat patella meluncur dengan lembut pada lekukan di femur, sekalipun harus cukup memaksa patella jadi hal ini bukanlah pergeseran dari sisi satu ke sisi yang lainnya selagi memelihara tegangan normal pada bagian depan lutut. Ketegangan ini dibutuhkan untuk mencegah lutut anda untuk tunduk ketika gerakan ke depan pada pengurangan kecepatan tubuh anda (memperlambat atau berhenti). Permasalahan mekanisme ekstensor salah satu penyakit ortopedik yang paling sering terjadi dan mungkin termasuk diantara yang paling sulit didiagnosis dan diterapi. Penyakit ini sering dilabeli sebagai nyeri lutut anterior atau sindroma penekanan lutut, yang semua istilah ini bukanlah diagnosis yang benar. Dokter/terapis anda harus menemukan diagnosis yang benar, dan dia harus memeriksa lutut anda lebihn dari sekali untuk memastikan penyebab dari timbulnya mekanisme nyeri dan disabilitas pada lutut anda. Dalam pada itu, latihan rehabilitasi yang rutin dan tepat bisa menghilangkan nyeri.
Anatomi
Otot-otot quadriceps atau otot paha depan (rectus femoris, vastus medialis, vastus intermedius, dan vastus lateralis) melekat pada patella dan retinaculum ekstensor. Otot-otot ini betindak bersama untuk mengekstensikan (meluruskan) lutut dan mengendalikan gerakan patella dari samping ke samping. Cartilago pada permukaan bawah patella adalah yang paling tebal dari yang ditemukan di bagian tubuh. Kartilago sendi yang tebal ini bertindak sebagai bantalan, peredam kejut pada sendi penumpu yang paling hebat pada tubuh selama proses perlambatan.
Seluruh sendi lutut ditutupi oleh ketebalan, yaitu jaringan fibrous pada kapsul. Kapsul ini terdiri dari lapisan (sinovium) yang memproduksi cairan untuk melumasi sendi dan mengurangi gesekan serta melicinkan. Lapisan kapsul paling luar terdiri dari retinaculum ekstensoris, yang dibentuk oleh tendon berbentuk lembaran-lembaran yang meneruskan otot quadriceps ke tulang tibia pada sisi yang lain dari patella. Jaringan fibrous ini berbentuk tebal, berupa pita yang kuat atau struktur seperti untaian, yang dikenal sebagai ligament, yang menstabilisasi patella dan membantuk mencegah gerakan abnormal. Otot dan ligament harus bekerja bersama dalam keseimbangan untuk memelihara gerakan patella yang normal ketika lutut bergerak fleksi dan ekstensi. Jika kekuatann otot tidak seimbang atau terdapat kerobekan pada ligament atau retinakulum, patella bisa mengalami dislokasi atau meleset dan bergerak abnormal. Tendon patella merupakan perpanjangan dari mekanisme ekstensor dan menghubungakn patella pada ujung atas tulang tibia. Bantalan lemak yang berada di bawah tendon patella membantu mengurangi gesekan antara patella dengan tibia.
Permasalahan
Permasalahan mekanisme ekstensor dapat menyebabkan nyeri pada lutut bagian depan. Anda mungkin mendengan bunyi gemeretak selama berjalan, atau mungkin anda merasakan seperti lutut anda ”menyerah”. Aktivitas yang berulang-ulang, seperti bersepeda, berenang, dan berlari bisa menyebabkan ketidaknyamanan. Mungkin anda juga merasakan nyeri ketika turun tangga atau duduk pada waktu yang lama (contohnya ketika melihat film di bioskop), dan anda mungkin merasa membutuhkan tambahan cairan pada lutut anda. Gejala-gejala ini sering kali sebagai hasil dari iritasi plica, penekanan bantalan lemak, tendonitis patella, atau ketidakstabilan patella.
Iritasi plica
Plica merupakan pembungkus sinovium. Jaringan ini dapat mengalami iritasi ketika terdapat penekanan yang kuat pada tempat ini oleh karena kuatnya otot hamstring pada di belakang lutut. Kelemahan otot abductor paha dapat juga menyebabkan iritasi pada plica ini. Pada situasi ini, gesekan plica pada ujung femur, mengiritasinya dan menimbulkan nyeri, muncul bunyi “klek/tek”, gemeretak atau hanya sakit ketika anda sedang istirahat.
Penekanan bantalan lemak (fat pad)
Kondisi ini terjadi ketika bagian bawah patella tertekan, tertekannya bantalan lemak pada bagain atas tibia. Jika bantalan lemak mengalami pembengkakan oleh karena iritasi atau cidera, ini akan lebih rentan untuk kondisi ini. Pasien yang lututnya hiperekstensi juga cenderung pada situasi ini. Jika penekanan terjadi, bantalan lemak ini menjadi teriritasi dan kemudian timbul nyeri, dan terbentuklah jaringan parut, penderita degan penekanan bantalan lemak biasanya berjalan dengan lutut terekstensi; hal ini menyebabkan kepincangan dan pola jalannya stiff-legged (tungkai kaku). Nyeri dirasakan pada daerah di bawah tendon patella, dan secara normal bantalan lemak yang lunak menjadi lebih lebar, lebih keras, dan teriritasi
Tendonitis patellaris
Kondisi ini terlihat pada orang-orang dengan aktifitas seperti bola basket, bola voli, dan lari, menyebabkan stress yang berulang-ulang pada tendon patella. Serabut tendon yang melekat pada bagian bawah patella mengalamim iritasi. Pada kasus yang berat, kerobekan pada serabut ini dapat terjadi. Sekali tendon patella teriritasi, cairan akan mengumpul pada daerah di bawah patella. Daerah ini akan menjadi sangat perih dan nyeri, terutama ketika anda sedang berjalan atau berlari.
Instabilitas patella
Merotasikan lutut anda selagi kaki anda dalam keadaan plantar fleksi secara kuat dapat menyebabkan patella bergeser dari normal posisi di dalam lekukan femur. Olah raga seperti tennis atau baseball, dimana terdapat perubahan arah dengan cepat yang dipaksakan membuat lutut lebih rentan terjadinya dislokasi atau subluksasi patella.perbedaan anatomi lutut tuga sangat berperan. Seperti contohnya, orang yang berjalan dengan eksternal rotasi pada tibia atau internal rotasi pada femur mungkin cenderung mengalami ketidakstabilan patella. Sudut antara femur dan tibia dapat juga cenderung untuk posisi abnormal pada patella. Seseorang yang mengalami “knock-kneed”(muncul bunyi ‘klek’ ketika berlutut) yang parah lebih menyerupai suatu gerakan patella keluar dari lekukan femur. Ketika otot dan ligament pada patella tidak cukup kuat, patella dapat keluar dari normal posisi dan menyeruduk ke samping lutut. Lutut kemudian menjadi lemas, menyebabkan orang jatuh. Dislokasi patella secara umum merupakan kejadian traumaik mudah didiagnosis, tetapi subluksasi sering mengalami kesalahan diagnosis. Dengan subluksasi patella, penderita sering merasakan patellanya menyelip atau keluar dari tempatnya, atau secara sederhana bahwa lutut mereka tidak stabil.
Cukuplah sudah....
Jangan biarkan permasalahan mekanisme ekstensor lutut menimpa anda. Jika anda terganggu dengan nyeri lutut, terutama jika anda mengalami cidera, segera temuilah dokter/terapis anda. Sekali cidera telah didiagnosis, terapi yang tepat dapat dimulai, mengijinkan anda untuk kembali secepat mungkin ke aktifitas normal anda

TENNIS ELBOW

Bukan hanya pada pemain tenis
Oleh: David Higgins, M.D.., Chevy Chase, Maryland
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT
“......tetapi saya tidak bermain tennis....!!!”
Hal itu bukanlah kata seru yang luar biasa dari seseorang yang hanya didiagnosis dengan tennis elbow. Tennis elbow, atau disebut juga epicondilitis lateralis merupakan masalah yang biasa yang terjadi pada “atlit akhir pekan”. Tetapi juga merupakan masalah yang menimpa pekerja atau buruh manual. Tidak hanya ditemukan pada pemain tennis, tetapi juga menimpa pemain baseball, perenang, tukang kayu, tukang ledeng, pemotong daging, atau siapa saja yang selalu menggunakan gerakan lengan berulang-ulang. Gerakan yang berulang-ulang ini menyebabkan peradangan pada otot dan tendon pada sisi lateral siku yang menyebabkan tendon menjadi terobek. Tennis elbow bisa terjadi pada laki-laki dan wanita, biasanya berumur antara 35 sampai 50 tahun. Penyebab yang paling umum adalah penggunaan yang berlebihan (overuse) pada otot-otot lengan bawah, tetapi dapat juga karena benturan langsung pada sisi lateral siku.
Yang paling disering dikeluhkan seseorang yang mengalami tennis elbow adalah adanya nyeri dan kelemahan. Nyeri bisa menyebar ke bagian atas dan bawah siku dan pasien juga memperhatikan bawah terjadi penurunan kekuatan menggenggam pada tangan mereka. Selama pemeriksaan fisik, nyeri perih ditemukan pada epicondilus lateralis humeri. X-ray bisa memperlihatkan adanya deposit calsium pada epicondilus lateralisnya. Kalsifikasi ini, merupakan salah satu reaksi tubuh ketika terjadi peradangan kronis. Hal ini terjadi kira-kira hanya 20% dari semua pasien.
Kira-kira 95% dari pasien yang menderita tennis elbow memberikan respon tentang terapi konservatif yaitu bahwa aktifitas yang menyebakan nyeri harus dihindari. Istirahat, obat anti inflamasi, dan es terapi merupakan pengobatan yang harus dicoba pertama kali. Latihan untuk penguatan otot lengan bawah harus juga sebagai bagian dari program rehabilitasi. Pembalutan pada siku juga bisa mengurangi ketegangan dan bisa mengurangi nyeri pada beberapa pasien . jika pengobatan ini ini tidak efektif, injeksi kortison bisa digunakan untuk menurunkan nyeru dan peradangan, jadi dapat mentoleransi latihannya.
Jika terapi nonoperasi tidak memberikan respon pada tennis elbow sekitar 9 sampai 12 bulan, pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri dan mengijinkan pasien untuk kembali bekerja atau berolah raga. Pembedahan hanya dilakukan dengan incisi/irisan kecil, 7 sampai 10 hari dengan splint dan terapi paska operasi diberikan untuk kekuatan otot. Penelitian pada terapi pembedahan pada tennis elbow dengan arthroscopi menjanjikan adanya waktu rehabilitasi paska operasi lebih pendek, mengijinkan pasien untuk kembali bekerja dan berolah raga lebih cepat.
Mencegah tennis elbow sangatlah penting. Latihan penguluran dan penguatan merupakan langkah pencegahan yang terbaik. Mengganti peralatan seperti raket atau palu yang lebih ringan, juga dapat membantu.


Saturday, February 16, 2008

BEBERAPA CIDERA CERVICAL PADA ATLIT

Oleh: Thomas M. Bernard, Jr., M.D..,Columbus, Georgia
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.TF

Sprain atau strain cervical
Kondisi cidera cervical yang paling biasa terjadi pada atlit olahraga adalah sprain pada otot dan strain pada ligament. Gejala dari sprain atau strain cervical adalah ketegangan yang terlokalisir pada satu sisi leher yang dihubungakan dengan adanya nyeri dan keterbatasan gerak pada leher. Keadaan ini sering muncul setelah 12 sampai 24 jam setelah terjadi cidera. Kondisi ini diketahui karena adanya beberapa bunyi ‘krek’ pada leher. Yang akan reda jika diberikan es atau kompres hangat, latihan penguluran ringan, dan obat anti inflamasi, seperti aspirin atau ibuprofen. Atlit dengan sprain atau strain cervical jarang terbatasi untuk kembali ke olahraganya.
Sindroma facet sendi Cervical
Sprain atau strain cervical yang lebih serius yaitu ketika mempengaruhi facet sendi yang menghubungkan satu vertebra cervicalis dengan yang lainnya. Cidera facet sendi servical terjadi ketika kapsul sendi dan ligament tulang belakang terulur dan otot kecil yang menempel pada vertebra mengalami strain. gejalanya termasuk nyeri local pada leher; nyeri ketika mengekstensikan bahu, lengan atau punggung atas; keterbatasan gerakan; dan, kadang-kadang, sakit kepala. Gejalanya sering terjadi segera setelah terjadi cidera traumatic, seperti rotasi leher yang mendadak ketika terjadi cidera whiplash atau gerakan lateral fleksi yang dapat terjadi ketika jatuh. Penanganan fisioterapi atau chiropraksi dan obat anti inflamasi atau obat perelaksasi otot biasanya akan meredakan gejala pada sindroma sendi facet cervical.
Radikulopati cervicalis
Penekanan akar saraf cervical adalah hasil dari hernia discus atau dari terjebaknya saraf diantara dua tulang. hiperekstensi yang berlebihan pada cervical atau beban aksial (rotasi sekitar garis lurus) menjadi kontribusi pada kondisi ini. Gejalanya termasuk nyeri local atau nyeri yang menjalar dari leher sampai ekstremitas. Sebagai contoh, cidera pada vertebra atau discus pada leher anda dapat menimbulkan nyeri, kesemutan atau kelemahan pada bahu, lengan atau tangan. Kondisi ini terjadi karena saraf yang membentang dari antara vertebra cervicalis memberikan sensasi dan stimulasi gerakan pada area tersebut. Cidera yang terjadi didekat akar saraf dapat menyebabkan nyeri pada ujung saraf, dimana sensasi dirasakan. Nyeri pasien sering berkurang dengan menyangga bagian ekstremitas dengan mengelevasikannya, memberi penekanan pada akar saraf yang teriritasi. X-ray pada cervical jarang menunjukkan penyebab nyerinya; bagaimanapun, foto MRI, yaitu tes yang memperlihatkan jaringan lunak, secara mudah dapat menkonfirmasi diagnosis. Traksi cervical dan kortikosteroid dosis singkat untuk mengurangi inflamasi dan analgesic untuk mengurangi nyeri biasanya efektif untuk pengobatan. Pasien dengan tanda dan gejala radikulopati cervical (abnormalitas sensoris atau motoris), seperti kesemutan atau kelemahan pada lengan, secara intensif harus dimonitor oleh terapisnya. Kemajuannya biasanya terjadi antara 2 sampai 3 bulan sekitar 65% sampai 70% dari pasien dengan radikulopati cervical. Operasi disediakan untuk pasien ini yang gejalanya berlangsung lebih dari waktu ini. Kembali berolah raga mungkin dilakukan ketika gejalanya telah reda dan fungsi saraf kembali ke normal.
Transient Quadriplegia/quadriplegi sementara
Quadriplegi sementara terjadi pada cidera yang lebih serius akan tetapi bersifat temporer pada sumsum tulang cervical. Disfungsi saraf dapat muncul pada salah satu atau kedua lengan, salah satu atau kedua tungkai, atau keempat ekstremitas, atau lengan dan tungkai pada sisi yang sama. Pasien dapat merasakan nyeri atau kesemutan, dengan atau tanpa kelemahan, atau paralysis komplit. Riwayat penyakitnya bisa berlangsung kurang dari 15 menit tapi juga dapat terjadi sampai 48 jam dengan perkembangan secara bertahap. Kembalinya fungsi motorik dan sensorik secara komplit dan penuh, gerakan lingkup gerak sendi tulang belakang yang bebas nyeri. Ketika kondisi yang dramatis ini terjadi, atlit harus ditangani dengan semua tindakan pencegahan untuk cidera cervical, termasuk juga imobilisasi kepala dan leher dan kendaraan ke fasilitas gawat darurat. X-ray dan MRI dapat mengungkapkan adanya fraktur, hernia discus, atau penyempitan pada terowongan spinal bagian sentral yang congenital (terjadi sejak lahir). Bagaimanapun, kesan dari studi ini biasanya normal pada transient quadriplegi. Sekali pasien mempunyai riwayat transient quadriplegi, 40% darinya akan potensial terjadi cidera lagi untuk yang kedua. Selama tidak ada kejadian gerakan yang abnormal diantara vertebra atau tekanan pada sumsum tulang, atlit diijinkan untuk kembali melakukan aktifitas olah raga lagi tanpa meningkatkan resiko permanent cidera saraf.
Fraktur Cervical
Atlit dengan energi trauma yang tinggi pada kepala atau leher harus diperkirakan akan mendapatkan cidera cervical sampai terbukti sebaliknya. Manajemen yang tepat memulai dalam suasana pemeriksaan dan terapi pada pasien yaitu dengan personel gawat darurat, seperti pelatih atlit. Meskipun jarang, yang menjadi bencara besar dari cidera cervical selama pertandingan atletik membutuhkan terapi yang tepat untuk mencegah potensial cidera saraf dan meningkatkan kesempatan untuk sembuh.
Kira-kira 50% dari pasien dengan cidera medulla spinalis yang akut mempunyai cidera yang berarti pada kerangka atau organ. Evaluasi radiografis pada pasien ini yaitu termasuk di dalamnya x-ray, computed tomography (x-ray yang bersekat-sekat), dan MRI untuk memastikan terjadinya fraktur cervical atau cidera yang lain dan untuk membedakan stabilitas dari fraktur. Beberapa fraktur cervical di terapi dengan alat penyangga leher (cervical collar),dimana beberapa pasien dengan cidera yang tidak stabil dan gejala yang menetap yang lainnya membutuhkan operasi.
Kembali ke olah raga Kebanyakan atlit yang menderita strain cervical yang ringan, sindroma sendi facet cervical, atau radikulopati cervical biasanya mampu untuk kembali untuk olahraga kompetitif. Bagaimanapun, pasien dengan fraktur cervical dengan hasil yang tidak stabil, yang dengan penyempitan yang congenital pada terowongan cervical, dan yang telah mempunyai gabungan operasi biasanya jarang kembali untuk berkompetisi lagi dalam olah raga karena resiko untuk terjadi cidera lagi pada cervical.

Lebih lengakap baca:
Vaccaro AR, Watkins B, Albert TJ, Pfaff WL, Klein GR, Silber JS. Cervical spine injuries in athletes: current return-to-play criteria. Orthopedics. 2001;24:699-703. Corcoran T, Cantu R. Transient quadriplegia. Spineline. 2000;Nov/Dec:11-12. Max J. Prehospital care of the spine-injured athlete. A document from the Inter-Association Task Force for Appropriate Care of the Spine-Injured Athlete. National Athletic Trainers' Association, 1998.

FRAKTUR CERVICAL

Oleh: Larry Parker, M.D.., Hattiesburg, Mississippi
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT
Tulang belakang manusia terdiri dari 24 vertebrae, atau tulang-tulang kecil yang berisi medulla spinalis. Vertebra ini dikelompokkan menjadi 3 bagian sesuai dengan letaknya: vertebra cervicalis (leher), vertebra thoracalis (punggung atas) dan vertebra lumbalis (punggung bawah). Jaringan lunak, seperti ligament, otot, dan kulit mengelilingi dan menyangganya. Tujuh vertebra dari veretebra cervicalis. Bagian tulang belakang ini menghubungkan dasar dari kepala ke bagian thorax (bahu dan dada) dan dengan bantuan jaringan lunak, menyangga kepala. Fraktur pada vertebra cervicalis biasanya tertuju pada kerusakan bagian leher.
Kebanyakan cidera yang mengenai leher atau vertebra cervical karena hasil dari benturan/tubrukan yang memampatkan vertebra cervicalis dengan bagian bahu. Kekuatan ini bahkan sangat hebat sehingga menyebabkan fraktur pada vertebra atau bahkan dapat terpecah memjadi bagian-bagian kecil. Sebagai contoh, benturan kepala anda ke dasar kolam renang dengan air yang dangkal atau ‘menombak” dengan menggunakan kepala anda yang memakai helm untuk menghentikan lawan dalam permainan football dapat menyebabkan fraktur vertebra cervicalis.
Cidera vertebra cervicalis juga dapat terjadi pada kecelakaan sepeda motor ketika dengan kasar kepala anda menyentak ke belakang atau ke depan. Tipe kecelakaan ini mungkin tidak menyebabkan fraktur tetapi ng biasanya malah terjadi cidera pada otot dan ligament pada bagian leher. Cidera ini menimbulkan nyeri leher, yang disebut dengan “whiplash”.
Tanpa menghiraukan penyebabnya, fraktur vertebra cervicalis merupakan cidera yang serius; yang bisa menyebabkan kerusakan medulla spinalis (sumsum tulang belakang) yang dapat menimbulkan paralysis sebagian atau keseluruhan atau bahkan kematian.
Jika anda mencurigai bahwa ada seseorang mengalami cidera leher, segeralah menghubungi pelayanan medis gawat darurat. Jangan menggerakkan orang tersebut sendirian, tidak peduli walaupun dia terlihat tidak nyaman atau terlihat gelisah. Teknisi medis gawat darurat telah terdidik dalam memberikan perlakuan yang tepat kepada seseorang yang mengalami cidera leher. Jika anda menggerakkan seseorang yang mengalami fraktur vertebra cervicalis, resikonya adalah anda malah akan menciderai orang tersebut di masa mendatang.
Dokter bedah ada memberikan x-ray untuk memastikan bahwa vertebra cervicalisnya mengalami fraktur. Untuk menangani fraktur tulang belakang, pertama yang dilakukan dokter bedah adalah mengurangi cideranya dengan menggunakan traksi. Proses ini dilakukan dengan memasukkan jepitan ke tengkorak, dengan memasang katrol ke jepitan, dan memberikan beban yang kecil pada ujung katrolnya. Beban akan merenggangkan kepala dari bahu dimana jaringan lunak disekitar tulang belakang cukup mampu untuk menekan tulang yang fraktur kembali ke tempatnya. Setelah fraktur berkurang, dokter bedah memeriksa medulla spinalis jika terjadi kerusakan. Karena medulla spinalis merupakan jaringan lunak, sehingga tidak terlihat pada x-ray. Oleh karena itu, dokter bedah memberikan suntikan celupan ke bagian yang rusak yang melapisi medulla spinalis dan jaringan lunak lainnya sehingga bisa terlihat di x-ray.
kebanyakan fraktur vertebra servicalis harus diterapi dengan cara pembedahan. Dokter bedah memilih metode terapi berdasarkan berat ringannya fraktur. Sebagai contoh, fraktur vertebra mungkin hanya digabungkan saja untuk perbaikan vertebra, atau mungkin diambil dan diganti dengan mencangkokkan tulang dengan menggabungkan vertebra dengan bagian yang lain.
Fraktur vertebra cervicalis dan cidera leher lainnya jarang terjadi karena masyarakat telah terdidik bagaimana fraktur ini bisa terjadi dan bagaimana cara pencegahannya. Lindungi diri anda sendiri dan keluarga dengan selalu menggunakan sabuk pengaman, mengawasi anak-anak dan orang dewasa ketika berenang dan menyelam di danau atau kolam, dan gunakan peralatan yang tepat dan latihan ketika berpartisipasi dalam olah raga. Jika benar-benar terjadi cidera leher, pastikan anda menghubungi pelayanan medis gawat darurat untuk membantu anda.


Monday, February 4, 2008

EXERCISE: KUNCI UNTUK MENGHILANGKAN STRESS

Oleh: Jon M. Hay, ATC., Americus, Georgia
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT
Mountain Biking - Arizona Snowbowl
Stress adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Kita bisa mengalami stress, baik stress mental maupun stress fisik, dari kurangnya exercise, kurangnya istirahat, dan tekanan-tekanan dari teman, keluarga, dan pekerjaan setiap hari. Bagaimanapun, problem utamanya adalah ketika terjadi stress tetapi kita tidak berusahan menghilangkan sumbernya. Exercise adalah kunci untuk menghilangkannya. exercise disini bisa diartikan sebagai aktifitas olahraga rekreasi yang ringan sampai sedang.
Kita semua tahu bahwa dengan melakukan exercise dapat membantu menyehatkan otot-otot, meningkatkan system cardiovaskuler, dan menurunkan resiko beberapa jenis masalah (seperti penyakit dan cidera). Exercise tidak hanya meningkatkan kondisi fisik, bahkan dapat meningkatkan kondisi mental yaitu dengan membantu kita untuk merasa baik tentang diri kita dan memberikan pandangan yang positif tentang hidup. Exersice juga membantu meningkatkan daya tahan, memberikan energi yang lebih.
Beberapa orang mengatakan,“Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan exercise”. Satu-satunya solusi adalah menyediakan waktu! Sangatlah penting untuk menjaga diri anda sendiri, dan exercise dapat membantu anda untuk melakukannya. Exercise yang bagus diantaranya termasuk berenang, berlari, aerobic, bersepeda, dan berjalan.
Sebelum anda memulai program latihan, anda harus menemui terapis anda untuk menjelaskan komplikasi-komplikasi fisik yang mungkin timbul. Terapis anda dapat membantu merekomendasikan program latihan yang aman dan efektif. Jadi, ingatlah untuk tetap fit dan exercise untuk hidup yang lebih baik.

EXERCISE-INDUCED ASTHMA (EIA)

Oleh: William L. Cappiello, M.D..,Santa Clara, California
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT

Pagi ini kelihatan bagus, cerah dan indah. 90 menit lagi Anda harus pergi ke kantor, dan anda masih mempunyai waktu untuk berolahraga lari cepat. Untuk beberapa waktu pertama, anda merasa bagus, tungkai anda sudah mulai mengendur dan anda mampu untuk mempercepat langkah. Tetapi baru saja anda mempercepat langkah anda, lari anda berubah menjadi suatu hal yang menakutkan. Nafas anda menjadi sesak, dan anda tidak dapat menghirup udara yang cukup. Nafas anda menjadi terengah-engah disertai dengan batuk spasme, dan anda tidak dapat membersihkan paru anda. Perasaan kondisi sehat anda hanya dengan beberapa saat saja berubah menjadi kondisi yang mencemaskan.
Apakah asma itu?
Meskipun sekenario di atas terdengar dramatis, untuk jutaan penderita asma merupakan suatu hal yang benar-benar menakutkan. Asma adalah penyakit peradangan yang menutupi jalan nafas. Di dalam asma, jalan nafas menjadi hiperreaktif, atau ‘gugup”, dan peristiwa penyumbatan ini dapat tercetus oleh karena infeksi (kedinginan, infeksi bronchial atau infeksi sinus, dsb), allergen (bahan-bahan penyebab alergi), zat iritan (kabut atau asap rokok), dan bahkan factor-faktor emosi. Latihan (exercise), bagaimanapun, adalah salah satu yang dapat menimbulkan asma.
Exercise-induced asthma (asma yang muncul karena latihan) adalah sesuatu yang sangat biasa pada penderita asma, kira-kira sekitar 90% darinya. Ini juga biasa terjadi pada orang dengan riwayat alergi, seperti deman karena alergi rerumputan atau eczema. Tetapi bagaimanapun, EIA juga dapat terjadi pada orang yang tidak diketahui mempunyai riwayat alergi atau asma.
Apakah gejalanya? Serangan nafas yang terengah-engah (jw: mengi) adalah gejala yang klasik ketika terjadi serangan, akan tetapi ini bukanlah satu-satunya gejala. Gejala yang lainnya seperti batuk, nyeri dada, dan kesusahan bernafas, yang beberapa orang salah dalam menentukannya. Peristiwa terjadinya penyumbatan dapat berakhir sampai 2 jam. Sekitar sepertiga dari korban yang tidak beruntung, serangan “fase yang terlambat” terjadi kira-kira 3 sampai 6 jam setelah latihan. Secara khas, latihan yang memprovokasi timbulnya asma adalah latihan yang terlalu bersemangat, yang berlangsung selama 6 sampai 12 menit, dan sering kali berada pada tempat tertentu atau dibawah kondisi “modulasi” tertentu, seperti banyaknya kabut atau lapangan berumput selama musim demam karena alergi rerumputan.
Bagaimanakah latihan dapat menyebabkan asma?
Selama latihan yang intensif, jumlah udara yang dibutuhkan meningkat sekitar 30 kali dari ketika waktu istirahat. Volume udara yang besar ini harus di panaskan dan dilembabkan sehingga mudah berjalan ke paru-paru untuk mengirimkan oksigen. Sangatlah masuk akal kalau tekanan kebutuhan pada jalan nafas ini sebagai pencetus terjadinya asma. Tekanan ini memprovokasi sel-sel peradangan, yang mengeluarkan zat-zat yang bervariasi yang menyebabkan jalan nafas menyempit, bengkak, dan penimbunan lender pada jalan nafas. Tidak semua latihan dapat memprovokasi timbulnya serangan dan latihan yang sama tidak selalu menimbulkan gejala yang sama. Latihan pada udara yang dingin dan kering suka menyebabkan terjadinya serangan, sebaliknya pada lingkungan yang hangat dan lembab (seperti kolam renang di dalam ruangan) mungkin bisa memberikan perlindungan.
Ada berita bagus ...
Beberapa pengobatan telah tersedia untuk pengobatan asma. obat inhaler (dihirup), yang berfungsi untuk mengembangkan jalan nafas, adalah alat utama untuk mencegah dan mengobati.
Strategi dapat digunakan untuk mengijinkan orang dengan EIA untuk latihan secara bebas. Salah satu pengukuran sederhana adalah “menghirup udara basah”, yaitu melembabkan udara. Sebagai contoh, hal ini dapat dikerjakan dengan pernafasan hidung atau dengan menggunakan masker wajah ketika melakukan latihan pada cuaca dingin. Ada lagi, yaitu memilih olah raga dengan latihan pendek yang terputus-putus dan meledak-ledak, seperti baseball dan sepak bola, adalah strategi yang bagus. Aktifitas ini sepertinya tidak memprovokasi timbulnya asma dibanding dengan olah raga dengan intensitas tinggi. Menghindari allergen, polutan, dan memilih lingkungan yang tepat merupakan beberapa hal yang bermanfaat.
Dengan menggunakan strateegi pendegahan dan pengobatan yang dibutuhkan, kebanyakan orang dengan EIA pada berpartisipasi dalam latihan yang aman dan menyenangkan.

PENYAKIT DISCUS DEGENERATIF, KAPAN OPERASI DIBUTUHKAN?

Oleh: J. Kenneth Burkus, MD ., Columbus, Georgia
Alih bahasa: Arif Yulianto, SSt.FT

Setiap tahunnya lebih dari 65 juta orang Amerika menderita nyeri punggung bawah. 85% dari penderita yang berumur di atas 50 tahun menunjukkan tanda-tanda degenerasi pada diskusnya. Beruntungnya, hampir semuanya tidak bergejala.

Degenerasi pada discus intervertebralis, yang sering juga disebut penyakit discus degeneratif atau osteoarthritis pada tulang belakang, kerusakan biasanya terjadi pada tulang belakang bagian bawah. Degenerasi discus dapat memudahkan terjadinya kerusakan seperti pada stenosis pada lumbal (penyempitan canalis vertebralis), spondylolisthesis (dislokasi vertebra ke depan), dan retrolisthesis (dislokasi vertebra ke belakang) (Gb.2). sebenarnya, penyakit discus degeneratif bukanlah suatu penyakit, akan tetapi, suatu kondisi degeneratif yang dapat menimbulkan nyeri dan dapat dapat mempengaruhi kualitas hidup anda. Degerasi discus adalah normal pada proses penuaan dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Bagaimanapun, ketika tulang taji/spur bersentuhan dengan discus, dia dapat menekan atau menjepit akar saraf atau sumsum tulang yang terdekat, dan muncullah nyeri.

Penyebab Penyakit Discus Degeneratif
Penuaan adalah yang paling umum menyebabkan degenerasi discus. Seperti halnya penuaan tubuh, discus berada pada tulang belakang yang mongering, dan kehilangan kemampuannya untuk bertindak sebagai peredam kejut di antara vertebra. Tulang dan ligament yang membentuk tulang belakang juga kehilangan fleksibilitas dan memadat. Tidak seperti pada otot, hanya sedikit sekali suplai darah ke discus sehingga kekurangan kemampuan untuk memperbaiki diri.

Gejala Penyakit Discus Degeneratif
Sering kali, pasien yang menderita penyakit discus degeneratif tidak menimbulkan gejala. Ketika gejalanya muncul, bagaimanapun, nyeri punggung bawah yang kronis kadang kala menjalar ke pinggul, atau muncul nyeri terus-menerus pada pantat atau paha ketika berjalan. Nyeri yang serupa mungkin dirasakan atau bertambah ketika duduk, berdiri, mengangakt, dan memutar.

Memahami nyeri pada discus
Tidaklah jelas mengapa beberapa discus yang mengalami degenerasi menimbulkan nyeri dan memerapa yang lain tidak. Setelah cidera, beberapa discus menjadi nyeri karena peradangan. Beberapa orang mempunyai akhiran saraf yang menembus lebih dalam sampai pada annulus fibrosus, atau lapisan yang lebih luar pada discus, kemudian yang lainya, membuat discus menjadi lebih rentan untuk menjadi sumber nyeri. Nyeri yang menjalar kebawah sampai tungkai, dikenal dengan ischialgia atau lumbago, iniadalah hasil dari akar saraf bertemu dengan materi discus bagian dalam, atau nucleus pulposus, substansi dari peradangan juga memberikan penekanan pada saraf (Gb.2A). kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti nyeri tungkai yang parah, kesulitan berdiri dan berjalan, dan kelemahan atau kesemutan pada tungkai. Penyakit discus degeneratif dapat menyebabkan kondisi kelemahan yang kronis dan mempunyai dampak degatif yang serius pada kualitas hidup seseorang. Ketika penyakit discus degeneratif mejadi tambah parah, terapi nonoperasi tradisional menjadi tidak efektif.

Pilihan-pilihan terapi
Seringkali, penyakit discus degeneratif berhasil diterapi tanpa operasi. Fisioterapi, pengobatan anti inflamasi, dan suntikan spinal memberikan penurunan yang adekwat pada gejala-gejala yang bermasalah ini. Operasi bisa direkomendasikan jika pilihan terapi konservatif tidak memberikan hasil antara 2 sampai 3 bulan. Jika nyeri tungkai atau nyeri punggungmembatasi aktifitas normal anda, jika anda mengalami kelemahan atau kesemutan pada tungkai anda, jika anda mengalammi kesulitan untuk berjalan atau berdiri, atau jika pemberian obat atau fisioterapi tidak efektif, operasi akan menjadi satu-satunya alternative.

Sekarang ini, dokter bedah terlibat dalam penelitian yaitu menggunakan Bone Morphogenetic Protein (BMP) untuk pengobatan penyakit discus degeneratif. Penggunaan BMP menghapuskan kebutuhan untuk mengambil tulang dari panggul untuk digunakan pada tulang belakang selama pembedahan (Gb.2B). prosedur baru ini menghasilkan penyembuhan yang lebih cepat dan hasil yang lebihn bagus. Beberapa artikel yang bersumber dari penelitian ini baru-baru ini telah dipublikasikan pada jurnal kedokteran.

Lebih lanjut bacalah:
Burkus JK, et al. Anterior lumbar interbody fusion using rhBMP-2 with tapered interbody cages. J Spinal Disord Tech. 2002;15:337-349.
Burkus JK, et al. Clinical and radiographic outcomes of anterior lumbar interbody fusion using recombinant human bone morphogenetic protein-2. Spine. 2002;27:2396-2408.