Sunday, December 9, 2007

Ergonomi : Ini adalah tugas anda

Oleh : William Etchison, M.S., Columbus, Georgia
diterjemahkan oleh Arif Yulianto, SSt.FT


Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya. Ergonomi antara lain memeriksa kemampuan fisik para pekerja, lingkungan tempat kerja, dan tugas yang dilengkapi dan mengaplikasikan informasi ini dengan desain model alat, perlengkapan, metode-metode kerja yang dibutuhkan tugas menyeluruh dengan aman.
Masing-masing pekerja mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri untuk mengetahui tentang fokus keselamatan lingkungan kerja untuk diri mereka sendiri dan atasan mereka. Tujuan akhir dari program ergonomi adalah untuk kesempurnaan kerja dengan meminimalkan tekanan kerja yang mungkin bagi tubuh.


Faktor-faktor resiko kerja

Hampir semua pekerjaan, apapun bentuknya, pasti mempunyai faktor-faktor yang bisa menyebabkan cidera. Factor-faktor resiko bisa berupa kekuatas (kuantitas usaha yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas) seperti mendorong, menarik, menggenggam, dan mengangkat; pengulangan ( jumlah waktu gerakan yang diulang-ulang); getaran atau tekanan pada telapak tangan, pembukaan panas atau dingin. Postur pekerja juga dapat mengakibatkan resiko cidera. Misalnya, cidera bisa terjadi apabila kepala dan leher pekerja membungkuk ke depan, kebelakang, atau ke samping dalam waktu yang lama; apabila pekerjaan di atas level bahu, apabila suatu pekerjaan mengharuskan pergelangan tangan terlalu menekuk atau siku terlekan tertekan dari tubuh; apabila suatu pekerjaan mengharuskan gerakan membungkuk, memutar, menggapai sesuatu, atau apabila pekerjaan mengharuskan untuk berjongkok atau berlutut untuk beberapa waktu lamanya.
Merkipun factor-faktor resiko terlihat berlebihan, membuat beberapa perubahan-perubahan teknik yang sederhana dapat mengurangi resiko cidera secara ampuh. Perubahan-perubahan fisik, seperti tata ruang (merubah model tempat kerja) dan menambah atau menyesuaikan peralatan dan perlengkapan dapat mengurangi resiko secara ampuh.
Tugas bagi para pimpinan

Para pemimpin dapat melakukan tugas mereka dengan mengajari pekerja bagaimana melakukan suatu pekerjaan dengan benar. Mereka juga dapat menggunakan pengaruh mereka dalam beberapa kondisi, seperti mengijinkan pekerja menyesuaikan pekerjaan baru mereka secara bertahap dengan memberikan ijin untuk istirahat dalam kondisi tertentu. Teknik ergonomi yang lain yang bisa mengurangi cidera antara lain, meyakinkan bahwa pekerjaan dibentuk secara sempurna untuk postur dan posisi, dan mengurangi pengulangan dengan memperluas jumlah tugas yang dilakukan oleh seorang individu. Memberikan latihan untuk pekerja dalam beberapa pekerjaan yang berbeda dengan perbedaan factor resiko dan merotasi mereka dalam pekerjaan mereka juga dapat mengurangi cidera dengan gerakan yang berulang.
Masa depan perusahaan anda tergantung dari peningkatan kualitas dan efisien secara kontinyu sehingga mampu menghadapi kompetisi. Menjaga kesehatan kekuatan kerja adalah bagian yang sangat penting dalam menghadapi tantangan. Pimpinan anda membutuhkan keahlian personal anda untuk membuat pekerjaan berubah, jadi dengan keterlibatan, dan menjadi bagian dari solusi ergonomi. Akhirnya, adalah tugas anda mereka inginkan untuk meningkat.


Panduan ergonomik bagi pengguna komputer

Oleh : David Curd, M.S. & William Etchison, M.S.
Columbus, Georgia
di adopsi dari Anonymous, IBM, 1973, ANSI Standards, dan diterjemahkan oleh Arif Yulianto, SSt.FT



Satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh para pengguna komputer, bahwa pengaturan posisi yang ergonomi sangatlah penting diperhatikan. bila anda bekerja dengan menggunakan komputer, beraja jam dalam sehari yang anda perlukan ketika mengoperasikan komputer ? apabila posisi anda dalam posisi yang tidak tepat dan terus-menerus dalam posisi tersebut, maka tidak mustahil perubahan postur akan anda derita, rasa nyeri yang berlarut-larut, dan akhirnya pekerjaan anda akan terganggu dan tentunya produktivitas akan menurun. maka segeralah merubah kebiasaan anda dengan merubah posisi kerja anda secara ergonomi. berikut panduan posisi ergonomi yang perlu anda perhatikan.

Posisi Keyboard dan permukaan meja kerja
• Tinggi ‘ kunci rumah’ sekitar 28 sampai 31 inchi dari lantai.
• Deretan kunci bagian atas tidak lebih dari 10 inchi dari pojok bagian depan dari permukaan meja kerja anda.
• Permukaan meja kerja sekitar 25 dampai 27 inchi dari tungkai anda.
Layar monitor
• Layar monitor bagian tengah sekitar 37 sampai 43 inchi diatas lantai.
• Jarak antara mata anda ke layar monitor harus tidak lebih dari 20 inchi.
• Layar monitor bagian tengah harus tepat di tengah garis penglihatan anda.
Kondisi Kursi
• Kursi harus secara penuh sesuai dan harus menyangga kurva tulang belakang anda.
• Jika kursi mempunyai lengan kursi, haruslah disesuaikan, jangan sampai anda membungkuk ketika menggunakannya.
• Tinggi tempat duduk sekitar 16 sampai 20 inchi dari lantai.
• Tempat duduk paling tidak lebarnya 18 inchi, dan tebalnya sekitar 15 sampai 17 inchi.
• Sandaran kursi tidak lebih dari 15 derajat dari titik awal vertical.
• Tempat duduk haruslah melengkung ke bawah tidak lebih dari 10 derajat dari titik awal horizontal.
• Gunakan penyandar kaki yang bisa diatur jika kaki anda tidak nyaman waktu istirahat di lantai.
• Paha anda haruslah mendatar atau melekuk ke bawah secara ringan ketika anda duduk di kursi.



Kondisi Umum
• Ketika tangan anda menggantung lepas di samping, pergelangan tangan anda harus datar dan pada posisi netral. Usahakan menjaga posisi ini ketika anda mengoperasikan keyboard.
• Bagian pojok dari meja anda jangan sampai menyentuh pergelangan tangan anda.
Rileks !
• Menggunakan kualitas tekanan paling ringan yang anda bisa pada keyboard anda.
• Hindari perubahan secara mendadak pada tempat kerja anda. Gunakan penyesuaian secara bertahap sampai kondisi nyaman untuk anda.





Saturday, December 8, 2007

Gangguan TMJ dan Manual terapi

oleh : Arif Yulianto,SSt.FT



Sendi temporomandibular (Temporomandibular Joint) dibentuk oleh tulang mandibula (tulang rahang bawah) dan tulang temporal pada tengkorak dan terletak di depan telinga. Diantara dua dataran sendi tersebut terdapat discus cartilago (bantalan sendi). Otot masetter dan temporalis berfungsi untuk memperkuat sendi ini, menjadikan sendi ini paling berguna bagi tubuh. sendi temporomandibular bertanggung jawab pada semua gerakan rahang, diantaranya mengunyak, menelan, bernafas dan berbicara, termasuk juga menguap.

Gangguan-gangguan TMJ
Penyebab terjadinya sindroma TMJ sama dengan sendi-sendi yang lain pada tubuh. Arthritis, kerusakan kartilago, dislokasi, terluka, semuanya memungkinkan munculnya nyeri dan disfungsi. Otot-otot yang menggerakkan sendi ini juga menjadi subyek dari kelelahan/kelemahan, terluka dan penyakit. Dari yang ringan sampai yang berat dan nyeri berat dapat muncul pada sendi, atau otot, atau kedua-duanya. Spasme otot sangat berhubungan dengan gangguan sendi ini. Karena beberapa saraf dan otot juga sangat kompleks pada area ini, dan ketika otot-otot ini mengalami spasme, masalah yang muncul akan juga mengenai daerah yang jauh dari sumbernya. Gejalanya juga kadang berhubungan dengan kondisi mengunyah.
Gejala-gejalanya antara lain ;
- suara ‘klik’ atau letupan pada rahang,
- nyeri wajah
- rahang terkunci atau terbatas gerakannya.
- sakit kepala
- nyeri dibelakang telinga
- pusing atau pening
- nyeri telinga atau telingan berdengung
- gigi gemeratak
- nyeri leher, bahu atau punggung
- mati rasa atau kesemutan pada jari-jari
Penyebab penyakit TMJ sangat bervariasi dan bisa menjadi sulit untuk dibedakan. Untuk pasien yang pernah mengalami gangguan TMJ karena luka atau trauma, ini sudah jelas bahwa luka telah terjadi, bagaimanapun luka tidak selalu secara langsung mengenai sendi. Contohnya, kecelakaan mobil yang menyebabkan ‘whiplash injury’ pada kepala dan leher dapat melukai sendi temporomandibular. Penuaan juga dapat mempengaruhi sendi ini. Sepertiga dari populasi yang berusia lebih dari 50 tahun mempunyai tanda-tanda osteoarthritis pada sendi mereka, termasuk diantaranya sendi temporomandibular. Kebiasaan makan, bagimanapun, sering juga terjadi pada pasien yang lebih muda dari 50 tahun. Pasien-pasien ini biasanya menutupi penyebab problem mereka ketika ditanyakan kebiasaan makan mereka. Memasukkan lidah, menguap lebar, menggigit kuku, mengunyah permen karet, gigi menggeretak atau ‘mencengkeram’, adalah beberapa aktivitas-aktivitas yang dapat menyebabkan rahang pada posisi abnormal dan kerobekan pada struktur sendi temporomandibular. Tindakan kebiasaan pada sendi temporomandibular menyebabkan pemakaian yang sama dan luka robek yang sering terjadi pada beberapa aktivitas manusia, terutama para atlit yang berkompetisi yang mengakibatkan kerusakan sendi melalui gerakan-gerakan berulang. Sindroma TMJ dapat juga dihubungkan dengan masalah mengunyah/menggigit, garis rahan, problem pada gigi, dan stress.


Terapi
Pilihan-pilihan terapi untuk pasien yang mempunyai simdroma TMJ adalah bervasiasi dan terkadang bertolak belakang. Terapi untuk sindroma TMJ yang paling berhasil yaitu ketika gejala-gejalanya diketahui secara dini dan mencari jenis terapi dengan cepat. Semakin lama anda menunda untuk mencari pengobatan, semakin lama anda akan mendapatkan pemecahan masalahnya. Akan semakin parah jika rahang anda menjadi cacat karena disfungsi sendi.
Seringkali, petugas kesehatan dapat merekomendasikan rencana terapi koservatif berupa mengistirahatkan otot-otot rahang dengan memakan makanan yang lunak dan menghindari makanan yang mengharuskan rahang terbuka lebar, seperti jagung yang masih di tongkol, sandwich yang besar, atau apel. Anda mungkin disarankan juga untuk berhenti mengunyak permen karet, menggigit kuku, dan menegangkan rahang. Terapi juga termasuk kompres panas selama 30 menit dua kali sehari untuk merilekskan otot rahang, atau terapi es selama 20 menit dua kali sehari untuk menurunkan inflamasi dan rasa sakit pasa otot-otot rahang.
Terapis atau anda dapat mencoba pilihan-pilihan terapi yang bervariasi, termasuk medikasi atau meresepkan pemakaian ‘splint’ untuk mencegah bertambahnya pemakaian dan kerobekan pada sendi. Pembedahan untuk meningkatkan ‘alignment’ gigi bagian atas dan bawah juga merupakan pilih, tetapi biasanya hanya berupa cadangan untuk kasus-kasus yang berat dan juga ketika tidak ada rencana terapi yang berhasil. Gangguan pada TMJ dapat ditanggulangi dan sering kali dapat dipecahkan dengan aplikasi kompres panas dan dingin, diet ringan, pengobatan anti inflamasi dan merubah beberapa kebiasaan.
Bentuk pengobatan yang lain berupa penerapan manual terapi, dan ini sering terlupakan.
Bagaimana manual terapi bekerja pada disfungis TMJ ?
Manual terapi adalah salah satu teknik terapi dengan menggunakan ketrampilan tangan, dan dilakukan oleh ahlo manual terapi dengan beberapa teknik manipulasi sendi berupa traksi dan translasi/sliding, manipulasi otot berupa massage, friction, dan transfer friction.
Pada disfungsi TMJ ini massage diberikan terlebih dulu sebelum dilakukan traksi dan translasi pada sendinya. Massage berfungsi untuk memberikan efek relaksasi pada otot-otot yang mengalami spasme. Traksi dan translasi berfungsi untuk membebaskan sendi yang terkunci atau terbatas, atau mengembalikan posisi sendi yang mengalami dislokasi.
Massage tidak hanya diberikan pada otot-otot disekitar sendi rahang, tetapi juga diberikan pada otot-otot lainnya yang tidak mustahil juga mengalami spasme seperti ; otot-otot leher, bahu dan pungung. Traksi dan translasi juga tidak hanya diberikan pada sendi rahang saja, tetapi juga diberikan pada sendi-sendi cervical, thoracocervical, dan thoracal.
Dengan teknik yang benar semua gejala disfungsi TMJ insya Allah akan dapat disembuhkan.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan pembaca menghubungi ahli manual terapi, atau bisa memberikan komentar pada link ini.

Tuesday, November 27, 2007

PNF dan teknik-tekniknya

Oleh : Arif Yulianto


Arti facilitation adalah membuat lebih mudah/ kemudahan. Sehingga kita dapat memberikan tindakan dengan efisien dengan selalu memperhatikan ketepatan dan fungsi gerakan yang dilakukan pasien. Propioceptive, dengan metode PNF akan semakin diperkuat dan diintensifkan rangsangan-rangsangan spesifik melalui reseptor sendi (propioseptif). Neuromuscular, juga meningkatkan respons dari system neuromuskuler. Jadi PNF adalah fasilitasi pada system neuromuskuler dengan merangsang propioseptif.
PNF terdiri atas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah sederetan reaksi atas sederetan rangsangan-rangsangan yang diterimanya. Manusia dengan cara yang demikian akan dapat mencapai bermacam-macam kemampuan motorik. Bila ada gangguan terhadap mekanisme neuromuskuler tersebut berarti seseorang tidak dalam kondisi untuk siap bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang akan datang sehingga dia tidak mampu untuk bereaksi ke arah yang tepat seperti yang dia kehendaki. Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsanga yang sesuai dengan rekasi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi.


Lewat rangsangan-rangsangan tadi kita berusaha untuk mengkaktifkan kembali mekanisme latent dan cadangan-cadangannya dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan ADL.
1. Prinsip dasar metode PNF adalah ;
a. Ilmu Proses Tumbuh Kembang
Perkembangan motorik berkembang dari kranial ke kaudal dan dari proksimal ke distal (Gessel). Gerakan terkoordinasi (dewasa) berlangsung dari distal ke proksimal. Gerakan sebelumnya didahului dengan kontrol sikap (stabilisasi), dimana stabilisasi akan menentukan kualitas dari gerakan. Refleks-refleks mendominasi fungsi motorik dewasa dipengaruhi oleh refleks-refleks sikap.
Perkembangan motorik dapat distimulasi oleh stress, dan tahanan, rangsangan-rangsangan dengan sensoris, auditif, visual. Menurut Pavlov, stimulasi yang berulang-ulang terhadap refleks-refleks akan menambah patron-patron gerakan atau dengan kata lain, refleks-refleks primitif membuka jalan ke arah sikap dan gerakan –gerakan yang terkoordinasi.
Evolusi perkembangan motorik adalah dari pola gerakan masal ke arah gerakan individual. Perkembangan motorik berjalan sesuai dengan proses kedewasaan (maturatie process) mulai dari rolling, merayap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, naik trap, lari, lompat, jinjit, dan melompat. Metode PNF selalu mempehatikan dan memperhitungkan proses tersebut. Pendekatan PNF mengacu ke refleks-refleks atau sikap-sikap primitif.
b. Prinsip Neurofisiologis
Overflow principle ; motoris impuls dapat diperkuat oleh motoris impuls yang lain dari group otot yang lebih kuat yang dalam waktu bersamaan berkontraksi, dimana otot-toto tersebut mempunyai fungsi yang sama (otot-toto sinergis). Overflow principle ini menimbulkan apa yang disebut iradiasi. Rangsang saraf motoris mempunyai nilai ambang rangsang tertentu (semuanya atau tidak sama sekali). Innervatie reciprocal ; aktifitas refleks kontraksi otot agonis akan membuat relaks antagonisnya. Inductie successive (Sherington) ; agonis akan terfasillitasi ketika antagonisnya berkontraksi atau agonisnya berkontraksi atau agonis akan lebih mudah berkontraksi apabila sebelumnya dilakukan kontraksi pada antagonisnya. Semakin kuat kontraksi antagonis semakin kuat efek fasilitasinya.
c. Prinsip Ilmu Gerak
Latihan isometris ditujukan untuk memperbaiki sikap sedangkan latihan isotonis ditujukan untuk memperbaiki gerakan. Gerakan tunggal murni terisolasi tidak ada dalam kehidupan ini. otak kita tidak mengenal aktifitas otot secara individual, tetapi gerakan-gerakan secara group/kelompok dan setiap gerakan terjadi dalam arah tiga dimensi, seperti otot juga yang berbentuk spiral dan juga arah pendekatannya.
Gerakan akan sangat kuat bertenaga bila terjadi bersama dengan gerakan total yang lain. Misal fleksi anggota atas akan memperkuat ekstensi tubuh bagian atas (thorakal). Fleksi anggota bawah (hip) akan memperkuat fleksi lumbal.
Dengan dasar-dasar tersebut, metode PNF menyusun latihan-latihan dalam patron-patron gerakan yang selalu melibatkan lebih dari satu sendi dan mempunyai tiga komponen gerakan. Latihan gerakan akan lebih cepat berhasil apabila pasien secara penuh mampu melakukan suatu gerakan dari pada dia hanya mampu melakukan sebagian saja. Hindarkan sara sakit. pengulangan-pengulangan yang banyak dan variasi-variasi patron serta sikap posisi awal akan memberikan hasil yang lebih baik. Aktifitas yang lama adalah penting untuk meningkatkan kekuatan, kondisi koordinasi dari system neuromuskuler.
Dalam teknik ini, digunakan sumber-sumber fasilitasi seperti ;
a. Gerakan dengan pola memutar dan diagonal (spiral & diagonal movement )
Karena semua gerakan sehari-hari memiliki pola gerak memutar dan diagonal, maka dengan menggunakan pola gerak ini akan mempermudah terjadinya gerakan yang diinginkan.
b. Tahanan maksimal (maximal resistente)
Dengan tahanan maksimal akan memperkuat suatu otot yang menyebarkan rangsangan otot yang lain (timing for emphasis).
Pegangan tangan, tekanan pada otot dan rangsangan pada otot dan kulit (grasping technique)
Peregangan dan penekanan dalam sendi (traction & approximation/compression )
Peregangan sendi akan mempermudak terjadinya gerak fleksi sedangan penekanan akan mempermudah gerak ekstensi.

Penguluran dengan tiba-tiba pada otot (stretch reflex)
Disini spindle otot akan terangsang sehingga terjadi refleks penguluran yang menyebabkan kontraksi otot.
Gerakan dimulai dari distal ke proksimal
Gerakan yang saling pemperkuat dalam suatu pola gerak. Disini gerakan yang kuat dari sendi akan memperkuat gerak sendi yangn lain.
Gerak kepala dan badan untuk merangsang gerakan badan dan anggota badan karena terangsang refleks-refleks tonic labyrin reflex dan equilibrium.
Reaksi gabungan dan iradiasi.
Otot yang lemah dibawa dalam kerja, dibawah kemauan dan kesadaran yang penuh terhadap fungsi dan sisa otot dengan melawan tahanan untuk mematahkan spastisitas.
Rangsangan maksimal pada antagonis untuk menurunkan rangsangan agonis. Apabila antagonis kontraksi maksimal maka akan diperoleh penurunan spastisitas dari agonis.
Penempatan pada refleks inhibitory position.
Bila suatu otot diposisikan dalam posisi terulur penuh menurunkan ketegangan dari otot tersebut.
Aba-aba
Yang jelas dan tegas akan merangsang kemauan untuk melakukan gerakan sadar.
Teknik-teknik PNF, mempunyai maksud ;
- mengajarkan gerakan
- menambah kekuatan otot
- relaksasi
- memperbaiki koordinasi
- mengurangi sakit
- menambah LGS
- menambah stabilitasi
- mengajarkan kembali gerakan
- memperbaiki sikap.
a. Rhythmical Initiation
Teknik yang dipakai untuk agonis yang menggunakan gerakan-gerakan pasif, aktif, dan dengan tahanan.
Caranya ;
· terapis melakukangerakan pasif, kemudian pasien melakukan gerakan aktif seperti gerakan pafis yang dilakukan terapis, gerakan selanjutnya diberikan tahanan, baik agonis maupun antagonis patron dapat dilakukan dalam waktu yang tidak sama
Indikasi ;
· problem permulaan gerak yang sakit karena rigiditas, spasme yang berat atau ataxia, ritme gerak yang lambat, dan keterbatasan mobilisasi.

b. Repeated Contraction
Suatu teknik dimana gerakan isotonic untuk otot-otot agonis, yang setelah sebagian gerakan dilakukan restretch kontraksi diperkuat.
Caranya ;
· Pasien bergerak pada arah diagonal, pada waktu gerakan dimana kekuatan mulai turun, terapis membeikan restretch, pasien memberikan reaksi terhadap restretch dengan mempertinggi kontraksi, terapis memberikan tahanan pada reaksi kontraksi yang meninggi., kontraksi otot tidak pernah berhenti, dalam satu gerakan diagonal restretch diberikan maksimal empat kali.
c. Stretch reflex
Bentuk gerakan yang mempunyai efek fasilitasi terhadap otot-otot yang terulur.
Caranya ;
· Panjangkan posisi badan (ini hanya dapat dicapai dalam bentuk patron), tarik pelan-pela kemudian tarik dengan cepat (tiga arah gerak) dan bangunkan stretch reflex, kemudian langsung berikan tahanan setelah terjadi stretch reflex, gerakan selanjutnya diteruskan dengan tahanan yang optimal, berdasarkan aba-aba pada waktu yang tepat.
d. Combination of isotonics
Konbinasi kontraksi dari gerak isotonic antara konsentris dan eksentris dari agonis patron (tanpa kontraksi berhenti) dengan pelan-pelan.
e. Timing for Emphasis
bentuk gerakan dimana bagian yang lemah dari gerakan mendapat ekstra stimulasi bagian yang lebih kuat.
Caranya ; pada suatu patron gerak, bagian yang kuat ditahan dan bagian yang lemah dibirkan bergerak.
f. Hold relax
Suatu teknik dimana kontraksi isometris mempengaruhi otot antagonis yang mengalami pemendekan, yang akan diikuti dengan hilang atau kurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut.
Caranya ;
· Gerakan dalam patron pasif atau aktif dari group agonis sampai pada batas gerak atau sampai timbul rasa sakit,
· terapis memberikan penambahan tahanan pelan-pelan pada antagonis patron, pasien harus menahan tanpa membuat gerakan. Aba-aba =” tahan di sini !”
· Relaks sejenak pada patron antagonis, tunggu sampai timbul relaksasi pada group agonis, gerak pasif atau aktif pada agonis patron, ulangi prosedur diatas, penambahan gerak patron agonis, berarti menambah LGS.


g. Contract relax
Suatu teknik dimana kontraksi isotonic secara optimal pada otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan.
Caranya ;
· Gerakan pasif atau aktif pada patron gerak agonis sampai batas gerak.
· Pasien diminta mengkontraksikan secara isotonic dari otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan. Aba-aba =”tarik !” atau “dorong !”
· Tambah lingkut gerak sendi pada tiga arah gerakan, tetap diam dekat posisi batas dari gerakan, pasien diminta untuk relaks pada antagonis patron sampai betul-betul timbul relaksasi tersebut, gerak patron agonis secara pasif atau aktif, ulangi prosedur diatas, dengan perbesar gerak patron agonis dengan menambah LGS.
h. Slow Reversal
Teknik dimana kontraksi isotonic dilakukan bergantian antara agonis dan antagonis tanpa terjadi pengendoran otot.
Caranya ;
· Gerakan dimulai dari yang mempunyai gerak patron yang kuat
· Gerakan berganti ke arah patron gerak yang lemah tanpa pengendoran otot
· Sewaktu berganti ke arah patron gerakan yang kuat tahanan atau luas gerak sendi ditambah.
· Teknik ini berhenti pada patron gerak yang lebih lemah
· Aba-aba di sini sangat penting untuk memperjelas ke arah mana pasien harus gbergerak. Aba-aba “dan … tarik !” atau “dan dorong !”
· Teknik ini dapat dilakukan dengan cepat.
Tidak semua teknik PNF dapat diterapkan pada penderita stroke. Teknik-teknik yang dapat digunakan adalah ; rhythmical initiation, timing for emphasis, contract relaz dan slow reversal.

Monday, November 26, 2007

Terapi latihan

SEKILAS TENTANG POSTUR
Oleh : Arif Yulianto

FAKTOR-FAKTOR ANATOMI YANG MEMPENGARUHI POSTURE ;
1. Bentuk tulang
2. Struktur ligamen yang kendor
3. Ketegangan fasia, otot dan tendon
4. Tonus otot
5. Sudut inklinasi pelvik (normal 30o)
6. Posisi dan mobilitas sendi
7. Neurogenik
Faktot-faktor diatas dapat memperberat ketika muncul masalah berupa patologi atau kondisi kongenital, seperti skoliosis, juvenile kyphosis, penyakit diskus.

PENYEBAB KELEMAHAN ATAU PERUBAHAN POSTUR
Faktor postural
karena kebiasaan posisi duduk dan berdiri yang salah dalam waktu yang lama dan seringnya bermalas-malasan. Pemeliharaan postur dibutuhkan otot-otot yang kuat.
Karena ketidak seimbangan otot dan adanya kontraktur otot. Contoh ; ketegangan otot ilipsoas meningkatkan lordosis lumbal.
Karena nyeri. Posisi kompensasi.
Karena penyakit respirasi seperti empisema, kelemahan general, karena obesitas, kelemahan propiosepsi, spasme otot seperti pada Cerebral Palsy.
Faktor struktural
Adanya deformitas secara struktural. Contoh ; panjang tungkai yang tidak sama menyebabkan struktur vertebra yang berubah.

DEFORMITAS VERTEBRA (SPINAL)
1. LORDOSIS
Normal terjadi pada V.cervicalis, V.lumbalis
Penyebab lordosis yang abnormal (hiperlordosis) ;
Deformitas postural
Kelemahan otot terutama otot abdominal
Overweight (obesitas) dan kehamilan.
Mekanisme kompensasi karena deformitas tulang vertebra yang lain seperti kiposis.
Kontraktur fleksor hip
Spondilolistesis
Masalah kongenital seperti pada dislokasi hip yang kongenital.
Tidak terbentuknya segmen pada sendi faset
Fashion, pemakaian hak tinggi.
Hal-hal yang berhubungan dengan hiperlordosis, sesekali terlihat bahu yang melengkung, endorotasi hip, kepala yang menjulur ke depan.
Dengan hiperlordosis sudut inklinasi > 30o

2. KYPHOSIS
Normal terjadi pada V.thoracalis
Penyebab kyphosis yang abnormal (hyperkypgosis) ;
Fraktur kompresi vertebra.
Scheuermann’s desease (juvenile kyphosis)
Ankylosing spondilitis
Osteoporosis
Tumor
Kompensasi lordosis
Abnormal kongenital
- 4 tipe hyperkyphosis :
a. Round back (punggung yang membulat)
a. penurunan sudut inklinasi pelvic < 30o dengan torakolumbal kiposis.
b. Fleksi trunk ke depan dan kurva lumbal yang menurun
b. Humpback atau gibbus
Sudut belakang V.torak yang lancip
c. Flat back
Terdapat penurunan sudut inklinasi pelvik sampai 20 o dan V.lumbalis yang mobile.
d. Dowager’s hump.
a. wanita bongkok
b. menyertai osteoporosis

3. SCOLIOSIS
- Kurva pada vertebra ke lateral
- Pada servical dinamakan torticolis
Type skoliosis ;
a. Nonstruktural ; problem postural, histeria, iritasi akar saraf, inflamasi, kompensasi karena panjang tungkai yang tidak sama.
- Tidak ada deformitas tulang
- Tidak progresif
- Skoliosis dan badan fleksi ke depan sering terjadi pada servikal, lumbal, daerah torakolumbal.
- Gerakan side fleksi simetris

b. Struktural ;
- kengenital
- hemivertebra
- kelemahan segmen
- idiopatik (genetik)
- neuromuskuler ; lesi pada upper dan lower motor neuron
- muskuler distrofi
- kontraktur sendi
- side fleksi asimetris
- bersifat progresif

Terapi latihan

SEKILAS TENTANG BRUNNSTROM
Oleh : Arif Yulianto

Metode terapi latihan khusus untuk penderita hemioplegi, dengan cara membangkitkan pola sinergis dengan menggunakan reaksi asosiasi. Penerapan klinis metode Brunnstrom yang dinamakan Movement Therapy a Neurophysiology Approach, pertama kali dilakukan tahun 1961 dan disempurnakan sampai tahun 1965.

Pendekatan terapi Brunnstrom berdasarkan pada teori ;
1. Synergi
Konsep dasar pendekatan Brunnstrom adalah pendekatan sinergi, hubungan otot ke dalam unit-unit fungsional. Pergerakan atau pola motor terjadi pada level spinal cord. Pola sinergi dapat dihasilkan dari stimulus refleks atau usaha kemauan sendiri.

2. Teori system
Dasar teori system adalah konsep feedback/masukan, bagian-bagian dari keseluruhan berkomunikasi satu dengan yang lain. System saraf sebagai suatu elemen yang aktif ketika dia melakukan treatment terhadap pasien hemiplegi. Dia memfasilitasi refleks hanya untuk mempercepat recovery pasien dari kontrol gerakan secara sengaja. Paasien didorong untuk memulai dan menentukan gerakan mereka dengan terlebih dahulu mendapatkan kontrol terhadap pola sinergis. Dengan membangun kemampuan ini dia membantu pasien mendapatkan peningkatan jumlah pola gerakan.

3. Asimetri Fungsional Otak
Ada perbedaan yang berkaitan dengan hemiplegi kiri dan hemiplegi kanan. Aphasia terjadi pada hemiplegi kanan dan gangguan persepsi spasieal yang mengikuti hemiplegi kiri. Hemisfer otak kiri berfungsi untuk mengontrol bagian kanan tubuh dan untuk komunikasi, bila terjadi kerusakan mengalami gangguan pengertian (membaca, dan menulis), gangguan kesalahan bahasa (kesalahan memilih kata/pengucapan). Hemisfer otak kanan berfungsi untuk mengontrol tubuh kiri, bila terjadi kerusakan terjadi gangguan fungsi kognitif, gangguan intelektual.

Garis besar prosedur pengobatan dengan terapi latihan Brunnstrom ;
1. Pada fase-fase awal penyembuhan (fase 1 sampai 3)
Tujuan pengobatan untuk membangkitkan sinergi, baik dilengan maupun di tungkai. Latihannya menguasai gerakan sinergi secara volunteer. Pasien di bimbing dan diarahkan terhadap gerakan sinergis sehingga akhirnya penderita mampu melakukan gerakan masal/sinergis tadi secara baik. Latihan gerakannya dengan cara ; reaksi asosiasi dan menggunakan beberapa refleks primitif. Untuk memperkuat respon dilakukan ATNR, STNR, stretch reflex. Juga diperkenalkan gerakan reversal yaitu gerakan bolak-balik antara sinergis ekstensor dan fleksor. Menggunakan pola gerak tersebut dalam berbagai aktifitas sehari-hari.

2. Tahap Penyembuhan Fase 4 dan 5
Tujuan terapinya untuk mendapatkan gerakan volunteer di luar pola sinergi. Langkah-langkahnya dengan memecah belah gerakan sinergi, dilakukan secara bertahap.dilakukan impuls sensoris dengan tapping dan squesing/deep kneeding.

3. Tahap Penyembuhan Fase 6
Tujuan terapinya untuk memperbaiki koordinasi gerakan yang lebih halus dan terjadi ketepatan gerakan, terutama fungsi membuka dan menutup tangan ; misal menulis.

Tahap-tahap pemyembuhan dan pola sinergis.
Tahap-tahap penyembuhan inilah oleh Brunnstrom dipakai sebagai patokan dalam pemeriksaan pendahuluan. Adapaun tahap-tahap penyembuhan itu adalah :
Tahap 1 : flaksid. Penderita tidak dapat menggerakkan anggota badan yang lumpuh.

Tahap 2 : spastisitas mulai timbul. Penderita mulai dapat menggrakkan sebagian anggota yang lumpuh baik secara volunteer, maupun terjadi oleh timbulnya reaksi asosiasi.

Tahap 3 : Spastisitas menjadi semakin nyata. Penderita dapat menggerakkan anggota tubuh hanya dalam pola sinergis massal. Reaksi asosiasi yang terjadi juga lebih besar dan dalam pola yang sama dengan sinergisnya.

Tahap 4 : Spastisitas mulai menurun. Penderita mulai dapat menggerakkan anggota tubuhnya di luar pola sinergis. Ada 3 gerakan kombinasi yang merupakan cirri tahap 4 yaitu ; meletakkan tangan di belakang tubuh, mengangkat lengan lurus ke depan, dan dapat melakukan gerakan pronasi-supinasi pada posisi siku fleksi 90.

Tahap 5 : Spastisitas minimal. Penderita dapat melakukan gerakan kombinasi yang lebih kompleks di luar pengaruh sinergis. Gerakan-gerakan yang dipilih untuk mewakili tahap ini adalah : mengangkat lengan lurus ke atas (fleksi bahu lebih dari 90 derajat dengan siku lurus).

Tahap 6 : penderita sudah dapat melakukan banyak kombinasi gerakan dengan koordinasi yang cukup baik, yang jika dilihat sepintas tampak normal.

Motor behaviour pada orang dewasa menurut Brunnstrom diistilahkan dengan sinergi. Pola sinergis pada hemiplegi adalah ;
1. Sinergis fleksor lengan, terdiri :
a. Retraksi dan elevasi bahu.
b. Eksternal rotasi dan abduksi sampai 90 pada bahu
c. Fleksi siku
d. Supinasi lengan bawah
e. Fleksi pergelangan tangan dan fleksi jari-jari

2. Sinergis ekstensor lengan, terdiri ;
a. Protaksi sendi bahu
b. Internal rotasi dan adduksi bahu
c. Ekstensi siku
d. Pronasi lengan bawah
e. Pergelangan tangan ekstensi dan jari-jari fleksi.

3. Sinergis fleksor tungkai, terdiri ;
a. Hip fleksi, abduksi dab eksternal rotasi
b. Lutut fleksi 90
c. Pergelangan kaki inversi dan dorsi fleksi
d. Jari-jari dorsi fleksi

4. Sinergis ekstensor tungkai, terdiri ;
a. Hip fleksi, adduksi dan internal rotasi
b. Lutut ekstensi atau hiper ekstensi
c. Pergelangan kaki inversi dan plantar fleksi
d. Jari-jari fleksi.

Sunday, November 25, 2007

Arif &amp; laptop

Laptop tempat bikin blog

Hajian

tempat lontar jumrah Aqobah
musim haji 2006

Pake top

Arif pake top
(seperti ustadz)

Jalan-jalan

bersama Ahmad Ito dan Hardin
di pantai Jeddah

Jalan-jalan

Bundaran biru deket pantai Jeddah

Kakbah

Kakbah
hari-hari biasa tampak lengang

my family

Aliyah Dewi Nafiah
cantik banget kalo pake jilbab

my family

Aliyah Dewi Nafiah (Aiya) anak no.2
Umur 1 th.

Nyeri Punggung Bawah Akibat Tendomyosis dan Transvers friction


Patologi Nyeri Punggung Bawah Akibat Tendomyosis
Beberapa penyebab proses terjadinya tendomyosis :
a.Faktor statik
Faktor statik yang terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama akan menimbulkan hipertonus otot. Adanya hipertonus pada otot-otot punggung bawah khususnya pada m. quadratus lumborum, m. illiocostalis dan m. illiolumbalis akan menyebabkan sirkulasi darah pada otot-otot tersebut terhambat sehingga berakibat iskhemik, dengan munculnya ischemic tersebut akan menimbulkan nyeri dan nyeri akan menyebabkan hipertonus. Peristiwa tersebut sebagai viscious circle.

b.Faktor dinamik
Pada nyeri punggung bawah karena faktor dinamik, yang salah satu penyebabnya adalah tekanan abnormal pada punggung bawah yang normal, misalnya beban terlalu berat sehingga otot tidak mampu menahan atau mengangkat beban terlalu lama sehingga otot dan tendon mengalami peregangan akibat hipertonus. Adanya hipertonus pada otot-otot punggung bawah khususnya pada m. quadratus lumborum, m. illiocostalis dan m. illiolumbalis akan menyebabkan peregangan pada tendon otot-otot tersebut, akan mengakibatkan terjadinya mikrotrauma berupa partial avulsion, dengan munculnya partial avulsion tersebut akan menimbulkan nyeri dan nyeri akan menyebabkan hipertonus. Peristiwa ini juga sebagai viscious circle.

c.Faktor usia
Dari kedua faktor penyebab terjadinya nyeri punggung bawah akibat tendomyosis diatas akan semakin diperberat oleh faktor usia. Karena hampir semua penderita tendomyosis diderita oleh orang-orang yang sudah mengalami proses kemunduran fungsi sehingga faktor usia juga sangat berpengaruh timbulnya tendomyosis. Pada daerah yang mengalami ischemic dan partial avulsion tersebut akan menyebabkan sirkulasi darah menjadi berkurang sehingga penyembuhan menjadi lamban dan akhirnya akan menjadi peradangan kronis, peradangan kronis tersebut akan menjadi fibrosis. Dimana pada fibrosis tersebut serabut otot dan tendonnya mengalami pemendekan dan crosslinks. fibrosis pada perlekatan antara tendon dan otot tersebut juga disebut tendomyosis.


Konsep Nyeri
a.Pengertian nyeri
Pengertian nyeri menurut International Assosiation for Study of Pain : nyeri adalah suatu pengalaman rasa dan emosi yang tidak enak yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau yang digambarkan sebagai suatu kerusakan jaringan.
Pada prinsipnya nyeri adalah tidak seimbangnya aktifitas antara supresor dibanding dengan depressor pada fase tertentu akibat adanya gangguan/cedera pada jaringan tertentu.
Dari dasar pengertian nyeri di atas, maka nyeri sangat kompleks menurut penyebab yang menimbulkan maupun menurut reaksi yang terjadi akibat nyeri itu sendiri.

b.Reseptor nyeri
Rasa nyeri yang ditangkap oleh indra-indra yang spesifik misalnya badan Ruffini yang menangkap rangsang panas, badan Krause yang menangkap rangsang dingin, badan Vater Paccini merupakan alat penerima rangsang raba. Indra yang tidak spesifik ialah ujung-ujung bebas saraf ( nociceptor ) sensoris yang tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan juga dalam jaringan tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, kapsul sendi, ligamen dan lain-lain, nociceptor terdapat pada jaringan yang memiliki pembuluh darah.

Sifat reseptor nyeri hampir tidak beradaptasi. Dalam beberapa keadaaan, ambang eksitasi serabut penghantar nyeri secara progresif menjadi makin rendah ketika nyeri tersebut berlangsung lama, sehingga memungkinkan reseptor ini tergiatkan secara progresif serta menjadi lebih peka. Meningkatnya kepekaan reseptor nyeri ini kita kenal dengan istilah hyperalgesia. Lebih lanjut ambang nyeri dapat mencapai nol, sehingga rangsang lain yang bukan nociceptor dapat menimbulkan sensasi nyeri, keadaan ini dikenal dengan allodynea.

c.Teori Gerbang Kontrol
Melzak dan Wall mengemukakan Teori Gerbang Kontrol (gate control theory) yang banyak diterima banyak ahli. Menurut teori ini, afferen terdiri dari dua kelompok serabut yaitu serabut berukuran besar (A-beta) dan serabut berukuran kecil (A-delta dan C). Kedua kelompok aferen ini berinteraksi dengan substansia gelatinosa yang berasal pada lamina II dan III tanduk belakang medula spinalis. substansia gelatinosa ini berfungsi sebagai modulator (gerbang kontrol) terhadap A-beta, A-delta dan C. apabila substansia gelatinosa (SG) aktif, gerbang akan menutup. Sebaliknya apabila SG menurun aktifitasnya, gerbang membuka. Aktif tidaknya SG tergantung pada kelompok aferen mana yang terangsang. Apabila serabut berukuran besar terangsang, SG menjadi aktif dan gerbang menutup, ini berarti bahwa rangsang yang menuju ke pusat melalui Transiting Cell (T-Cell) terhenti atau menurun. Serabut A-beta adalah penghantar rangsang non-nociceptif, misalnya sentuhan, propioceptif. Apabila kelompok berdiameter kecil (A-delta dan C) terangsang, SG menurun aktifitasnya sehingga gerbang membuka. A-delta dan C serabut pembawa rasa nociceptive, sehingga kalau serabut ini terangsang, gerbang akan membuka dan rangsang nyeri diteruskan ke pusat.

d.Faktor-faktor pencetus nyeri punggung bawah akibat tendomyosis :
Sesuai dengan teori gerbang kontrol tendomyosis tersebut akan merangsang beberapa zat kimia seperti bradikinin dan polypeptida yang selanjutnya akan me
rangsang ujung saraf sensoris penghantar nyeri/nociceptor. Sinyal nyeri dihantarkan oleh serabut kecil tipe A-delta dan C. Serabut ini memasuki medula spinalis melalui radiks dorsalis, naik atau turun satu atau dua segmen di dalam traktus Lausser, kemudian berakhir pada kornu dorsalis substansia gelatinosa medula spinalis. Selanjutnya serabut tersebut menyeberang ke sisi medulla spinalis yang berlawanan dalam komisura anterior dan berjalan ke kranial menuju otak melalui traktus spinotalamikus dan spinoretikularis.
e.Modulasi nyeri
Nyeri merupakan suatu gejala yang mendorong sseorang mencari pertolongan pelayanan kesehatan termasuk fisioterapi. Oleh karena itu fisioterapis perlu memahami mekanisme bagaimana nyeri tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan.

Ada beberapa tingkat dalam susunan aferen dimana nyeri dapat dikelola antara lain :
1)Tingkat reseptor
Pada tingkat ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer. Modulasi diperoleh dengan cara menurunkan ekstabilitas reseptor, menghilangkan faktor perangsang reseptor misal dengan memperlancar proses pembuangan iritan melalui peredaran darah, serta menurunkan aktifitas nosisensorik misal dengan pemanasan.

2)Tingkat spinal
Pada tingkat ini sasaran modulasi pada substansia gelatinosa dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi impuls nyeri. Berdasarkan teori gerbang kontrol nyeri oleh Melzack dan Wall maka untuk dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri substansia gelatinosa harus diaktifkan sehingga gerbang menutup.

3)Tingkat supraspinal
Pada tingkat ini kontrol nyeri dilakukan oleh peri aquaductal gray matter (PAG) di midbrain. PAG mengirim stimulus ke nucleus rache magnus (NRM) yang selanjutnya ke tanduk belakang medulla spinalis (PHC). NRM akan menghambat aferen A delta. Selain itu NRM juga memacu timbulnya serotonin. PAG juga memodulasi nyeri memalui produksi endorfin di PHC dengan perantaraan NRM. dengan uraian tersebut maka modulasi nyeri pada tingkat supraspinal ada dua kemungkinan mekanisme yang terlibat yaitu jalur endorphin dan jalur serotonin.

4)Tingkat sentral
Pada tingkat sentral ini komponen kognitif dan psikologis berperan di dalam memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seseorang terhadap nyeri dan emosi yang mengendalikan. Misal seorang tentara yang sedang berperang tidak merasa nyeri yang hebat meskipun menderita luka berat. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri meliputi dua aspek sensoris dan aspek psikologis. Dengan demikian susunan saraf pusat juga berperan dalam memodulasi nyeri.

Tendomyosis merupakan suatu pemendekan dan perlengketan akibat proses penyembuhan kolagen yang tidak sempurna yang menyebabkan serabut-serabutnya saling bersilangan secara abnormal (crosslinks). Pada perlekatan dengan periosteum dimana merupakan critical zone menyebabkan proses penyembuhan lamban, terjadi proses degenerasi dan imflamasi kronis.
Tendomyosis pada nyeri pinggang sering dijumpai sebagai penyebab utama patologi, terutama pada m. quadratus lumborum, m. costolumbalis dan m. iliolumbalis yang melekat pada processus transverses VL2–3. Patologi tersebut tidak dikenal sebelumnya pada problema nyeri pinggang dalam penanganan fisioterapi.
Permasalahan yang sering muncul akibat adanya tendomyosis tersebut adalah pasien cenderung tidak bergerak untuk menghindari nyeri. Nyeri akan terprovokasi apabila otot yang mengalami tendomyosis tersebut mengalami peregangan, misalnya pada saat pasien melakukan gerakan membungkuk atau menekuk ke samping, atau peningkatan ketegangan otot yang sering tidak ditetapkan sebagai penyebab patologi.
Transverse friction merupakan metode dan teknik yang paling cocok untuk terapi dengan kondisi fibrosis perleketan otot yaitu tendomyosis.
Tes palpasi pada otot-otot yang mengalami temdomyosis dikakukan dengan cara memberikan penekanan pada bagian lateral yaitu pada daerah processus transversus VL2-3 dimana otot-otot tersebut melekat.

A. Faktor-faktor pencetus nyeri punggung bawah akibat tendomyosis
Sesuai dengan teori gerbang kontrol tendomyosis tersebut akan merangsang beberapa zat kimia seperti bradikinin dan polypeptida yang selanjutnya akan merangsang ujung saraf sensoris penghantar nyeri/nociceptor. Sinyal nyeri dihantarkan oleh serabut kecil tipe A-delta dan C. Serabut ini memasuki medula spinalis melalui radiks dorsalis, naik atau turun satu atau dua segmen di dalam traktus Lausser, kemudian berakhir pada kornu dorsalis substansia gelatinosa medula spinalis. Selanjutnya serabut tersebut menyeberang ke sisi medulla spinalis yang berlawanan dalam komisura anterior dan berjalan ke kranial menuju otak melalui traktus spinotalamikus dan spinoretikularis.

B. Transverse Friction
James Cyriax, menggambarkan penggunaan transverse friction massage sebagai teknik terapeutik yang tidak dapat dihindarkan dalam memelihara atau memulihkan mobilitas, juga benar-benar sebagai tuntutan bahwa lesi seperti tendonitis pada shoulder, elbow, hip, knee dan ankle tidak dapat diobati dengan cara lain termasuk dengan pembedahan dan suntikan steroid.
Menurut Cyriax, transverse friction memang pantas diterapkan untuk menimbulkan analgesi secara temporer sehingga menjadi alternatif lain dalam menghindari nyeri ketika dilakukan terapi.
Transverse Friction mempunyai tiga tujuan utama yaitu ; blood circulation pada tipe-tipe critical zone, yaitu terjadinya perbaikan sirkulasi darah pada otot yang mengalami tendomyosis, tujuan lain adalah break adhesion, yaitu menguraikan perlengketan, sedang tujuan yang ketiga adalah counter irritation, yaitu pengurangan nyeri sampai penghilangan nyeri.

1. Prosedur Transverse Friction pada nyeri punggung bawah akibat tendomyosis
a. Aplikasi terapi
Posisi tangan terapis sangat penting untuk mendapatkan kekuatan dan kontrol yang maksimal.
4 posisi yang dianjurkan ;
1) Jari telunjuk menyilang jari tengah,
2) Jari tengah menyilang jari telunjuk,
3) 2 jari pertama sisi dengan sisi, dan dengan jari yang berlawanan atau ibu jari,
4) Menggunakan T Bar secara hati-hati.
Teknik harus dilakukan secara langsung melintang pada tempat lesi dan tempat nyeri. Jari-jari bergerak pada kulit dan jangan sampai meleset. Teknik harus dilakukan dengan menyilang arah serabut pada jaringan yang terkena.
Cyriax menerangkan bahwa pemberian friction pada perut otot dalam keadaan rileks untuk menciptakan muscle broadening yang sama yang terjadi ketika otot berkontraksi. Tendon dapat di friction dengan tensile tension yang minimal, dan tendon dengan selubungnya harus diregangkan selama terapi untuk memutar selubung melewati tendon (break adhesion).
Salah satu efek dari transverse friction yang paling menarik adalah terciptanya anastesi (counter irritation) pada serabut mekanoreseptor yang besar akan menimbulkan inhibisi presynapsis pada spinal cord, menghambat nyeri pada serabut yang berdiameter kecil dan terciptanya concioucness. Kemungkinan juga adanya inhibisi nyeri dengan pusat transmisi. Biasanya dengan friction selama 2 menit, anastesi berawal.

my family

putri-putri kesayanganku
Lala (3,5th) & Aiya (1,5th)


Idul fitri

Jabal Uhud
berdiri di atas bukit tempat dulu para pasukan pemanah stand by di sini

Masjidil Haram

Foto Masjidil Haram dari lantai 2






Saturday, November 24, 2007

Idul fitri

Shalat 'Id di Konjen Jeddah

Idul Fitri

di depan pintu utama Masjid Nabawi

Wednesday, November 21, 2007

apa itu subluxasi ?

Apakah subluxasi ?

Anda mungkin belum pernah mendengar istilah “subluxasi”, tapi sebagaimana anda dulu juga belum pernah tahu apakah itu “lupus”, penyakit Celiac, penyakit Lyme, chlamidia, “sleep apnea, diverticulitus, AIDS, dan penyakit Alzheimer, dan lain-lain.

Subluxasi barang kali sebagai sesuatu yang paling terabaikan dari semua jenis penyakit yang bisa menimpa manusia, dan pada waktu yang sama mereka menempatkannya sebagai penyakit yang paling umum. Hanya manual therapist yang telah terlatih untuk mendiagnosis dan menangani subluxasi pada tulang belakang yang tahu masalah subluxasi vertebra.

Jadi, apakah subluxasi tulang belakang itu ?

Pertama, anda harus mengetahui bahwa vertebra adalah satu dari tulang atau bagian dari fibrous (kartilago) yang membentuk kerangka tulang belakang, yang membentuk sumbu penyangga tubuh dan bekerja secara extrem sebagai pelindung sumsum tulang, yaitu saluran panjang yang berfungsi menerima perintah dari otak.


Jika salah satu dari vertebra tergelincir dari posisi normal, maka inilah yang disebut dislokasi parsial, dan ini yang dinamakan subluxasi, yaitu dislokasi parsial. Vertebra adalah salah satu dari beberapa bentuk proteksi yang menyelubungi sumsum tulang, maka gangguan pada vertebra akan juga menyebabkan gangguan pada sumsum tulang, kemungkinan terjadi luka dan ini akan menyebabkan seluruh organ pada tubuh anda dalam keadaan bahaya. Dan konsekuensinya akan menimbulkan berbagai macam penyakit, jika tidak diterapi oleh ahli manual terapi akan menyebabkan kecacatan yang permanent, atau bahkan kematian.

Tuesday, November 20, 2007

wejangan

mampir ngombe......

kehidupan di dunia ini ibarat 'mampir ngombe', maksudnya bahwa kehidupan yang kita jalanni sekarang merupakan bagian dari beberapa tahap kehidupan yang sedang kita jalani. pertama sebelum terlahir ke dunia, kita berada di alam rahim, kemudian setelah terlahir kita berada di alam dunia, kemudian jangan sampai kita terlupa bahwa masih ada kehidupan lagi setelah kematian kita yaitu alam akhirat....
jangan sampai kehidupan dunia sampai melalaikan kita dari kehidupan yang hakiki yaitu di alam akhirat...nasip kita diakhirat sangat tergantung dari apa yang kita jalani di dunia ini yang hanya sesaat saja. seperti orang melakukan perjalanan jauh, ibarat hidup di dunia ini seperti berteduh dan melepas dahaga hanya untuk sementara, yang pastinya kita akan melanjutkan perjalanan lagi...

wejangan

makna kehidupan
hidup didunia ini tidak lain adalah sebuah ujian untuk mendapatkan kehidupan abadi kelak diakhirat. segala apa yang akan kita dapatkan di akhirat kelak sangat tergantung dengan lulus tidaknya kita menghadapi ujian di dunia.....